Posts

Showing posts from September, 2019

Budi

Ingin bilang, Kalau mau istirahat, silakan. Aku yakin aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku cukup berpengalaman, bukan? Kekurangan dari pengalaman yang lalu pun sudah kuatasi kini. Anak laki-laki itu juga kuurus. Aku janji. Tidak perlu khawatir. Kalau ingin hidup tenang, silakan. Aku tidak melarang. Aku tidak takut pula dibiarkan sendiri. Sehingga tidak perlu jadi repot mengurusi hal-hal yang aku sukai dan aku pilih. Aku sudah cukup dewasa untuk memilih, bukan? Orang-orang percaya aku baik. Anak laki-laki itu juga sudah dewasa. Bahkan sampai bisa ikut menasihatiku. Jadi, masih punya mata-mata untukku, bukan? Anak kurang ajar mana yang tidak ingin membanggakan dan menjaga nama baik orang tuanya? Aku tidak sekurang ajar itu. Aku juga ingin jadi bahan untuk diceritakan dan dibangga-banggakan di depan orang lain. Ingin bilang. Ingin sekali bilang. Dengan baik-baik. Sangat baik-baik. Karena  maksud sebenarnya juga baik. Tapi takut justru dibilang anak kurang ajar. Maksudn

Jenjam

Di antara sekian banyak manusia, salah satu diantaranya ada yang sangat mencintai rasa damai. Ia lebih memilih diam jika lawan bicaranya berbeda pendapat. Atau jika ada kemungkinan perbedaan pendapat dari orang-orang di sekitarnya. Tidak pernah membahas beberapa hal tertentu. Ia selalu menghindari perdebatan. Jika ia salah, ia pasti sadar dan segera minta maaf. Jika ia benar namun dihadapkan pada orang yang kuat berpendirian, lagi-lagi ia memilih diam. Agar lawannya juga diam. Namun jika lawannya terus berargumen saat ia diam, ia akan bersikap seolah-olah ia salah. Lalu membuktikannya kemudian. Nanti. Sekarang minta maaf dulu. Minta maaf lagi. Salah satu penyebab seseorang tidak menyukai dirinya yang selalu minta maaf. Terlalu banyak minta maaf. Tidak tahu kenapa.  Orang lainnya juga tidak suka ia selalu minta maaf. Karena orang ini tahu jika dirinya sendirilah yang salah, namun tetap sangat keras melawan. Berusaha untuk tetap menang. Saat ia minta maaf, orang ini just

Perseguir

Kuberi tahu, ada satu hal yang diam-diam selalu aku kejar. Entah sebetulnya mereka setuju atau tidak. Sebenarnya aku sudah pernah menunjukkan hasilnya. Tidak tahu apakah mereka sadar atau tidak. Tapi kalau dibilang tidak jelas, kuakui ini jauh lebih belum jelas dibanding yang saat ini terang-terangan mereka tentang. Terlihat melamun dan hanya bermain-main dengan telepon genggam -- yang selalu bisa aku andalkan setiap saat -- pasti bukan sesuatu yang mereka inginkan. Apakah aku sudah sampai di masa membuat keputusan karena tidak mau terus-terusan ribut? Tidak lagi mencari jati diri, lebih memilih mencari kedamaian. Tidak lagi mengikuti keinginan, lebih memilih kebutuhan untuk hidup tenang. Bukan lagi tidak ingin diganggu pilihannya, tapi tidak ingin diusik rasa damainya. Aku tidak bisa lagi mencari tantangan. Hanya rasa tenang. Bukan lagi mencari nyaman. Hanya jaminan. Apakah aku terlalu banyak memberontak? Hingga pemberontakanku kini tak digubris lagi. Lalu,... Hei! Mau bera

SEPINTAS MELINTAS: Tertampar

Si Nyusahin bisanya bikin marah mulu. Si Nyusahin bisanya bikin kecewa terus. Si Nyusahin bisanya selalu aja nambahin beban. Ga bisa gitu bikin seneng? Ga bisa gitu justru ngeringanin beban? Sedikit aja. Si Nyusahin ga bisa gitu mandiri sedikit, ga nyusahin, ga manja? Ga bisa gitu ga gini-gini terus? Ga gini-gini aja? Ga bisa? Tahun baru. Ayo dong jadi baik! -BAS-