Posts

Showing posts from December, 2019

Timbang

Baru saja membaca tulisan Saudade-ku .  Tulisan saat aku teringat dengan rumah. Saat aku merasa sudah terlalu sombong dengan rumah. Saat dengan sendirinya ingin kembali. Kini aku terus-terusan di rumah. Namun, yang terus aku pikirkan hanya bagaimana cara agar bisa pergi dari sini. Pergi yang jauh. Pergi agar tidak tidur di sini. Bukan, bukan karena bosan. Karena di sini, inginku tidak pernah terpenuhi. Karena sukaku tidak pernah diperhatikan. Karena aku tidak bisa melakukan apa pun. Karena aku merasa dibatasi. Karena aku ditekan. Mereka tidak salah dengan rasa protektifnya. Tapi aku ditekan. Aku pernah menulis tapi entah dimana aku lupa:  "Mau pulang" terdengar jauh lebih menyenangkan daripada "sudah waktunya pulang." Jadi, apa yang rumah inginkan? Pilihannya hanya dua bukan? Membiarkan aku dengan akal sehatku untuk kemudian mau pulang kapan pun semauku ; atau menahanku untuk kemudian berpikir tidak ingin lagi di sini. Lalu, lagu Di Beranda dari B

Pelipuran

Aku suka main sama kamu! Soalnya kalo duduk berhadapan satu meja dan harus berbagi pijakan kaki, kamu pasti ambil sisi terluar dan kakiku di sisi dalam. Bukan berselang-seling. Aku suka main sama kamu! Soalnya blablabla banyak lainnya. Dulu, ada yang suka bilang gitu. Sesederhana itu, tapi menyenangkan mendengarnya. -BAS-

Monolog tanpa Audiens : Salah

"Di sini, aku ga berhak memiliki hak," seseorang bicara padaku. Hari ini dia sangat cerewet. Memang selalu begitu. Seseorang ini senang sekali mengajakku bicara. Padahal responku selalu hanya diam. "Tapi aku tau kamu memikirkan omonganku," katanya. Hari ini ia banyak bercerita. Waktu aku kecil, pantatku tersundut obat nyamuk bakar waktu terjatuh saat aku bermain-main di dekatnya. Sakit. Panas. Tapi aku tidak menangis seperti yang anak kecil lain biasa lakukan. Aku hanya melihat ke arah adik laki-lakiku yang saat itu langsung terdiam lama sambil melihatku, meletakkan telunjuk di depan bibir, memberikan pesan agar ia diam dan tidak bilang pada ibu. Aku sangat takut dimarahi. Pertama kali saat sakit tidak biasaku muncul, awalnya aku tidak berani bilang apa-apa. Sebetulnya, aku sangat merasa kalau itu bukan sakit yang biasa. Agak menakutkan kalau aku rasakan dari tanda-tandanya. Aku tidak berani bilang. Takut aku disalahkan. Takut pola hidupku di asrama yang ak

Rengsa

Dunia, aku boleh bilang kamu curang ga? Boleh ga kalau kamu maksa aku tapi yang aku inginkan tetap kamu pikirkan? Hey, pada siapa lagi aku harus mengalah? Pada apa lagi aku harus menurut? Kurang bagaimana lagi aku menerima? Kapan lagi aku akan dituntut? Dunia, aku terlalu penakut bukan? Terlalu ringkih untuk dapat berhadapan dengan kamu. Begitulah. Hidupku kembali menjadi begini-begini saja. Melawan pun begitu-begitu saja. Lalu, tidak terjadi apa-apa. Payah! -BAS-