Posts

Showing posts from 2019

Timbang

Baru saja membaca tulisan Saudade-ku .  Tulisan saat aku teringat dengan rumah. Saat aku merasa sudah terlalu sombong dengan rumah. Saat dengan sendirinya ingin kembali. Kini aku terus-terusan di rumah. Namun, yang terus aku pikirkan hanya bagaimana cara agar bisa pergi dari sini. Pergi yang jauh. Pergi agar tidak tidur di sini. Bukan, bukan karena bosan. Karena di sini, inginku tidak pernah terpenuhi. Karena sukaku tidak pernah diperhatikan. Karena aku tidak bisa melakukan apa pun. Karena aku merasa dibatasi. Karena aku ditekan. Mereka tidak salah dengan rasa protektifnya. Tapi aku ditekan. Aku pernah menulis tapi entah dimana aku lupa:  "Mau pulang" terdengar jauh lebih menyenangkan daripada "sudah waktunya pulang." Jadi, apa yang rumah inginkan? Pilihannya hanya dua bukan? Membiarkan aku dengan akal sehatku untuk kemudian mau pulang kapan pun semauku ; atau menahanku untuk kemudian berpikir tidak ingin lagi di sini. Lalu, lagu Di Beranda dari B

Pelipuran

Aku suka main sama kamu! Soalnya kalo duduk berhadapan satu meja dan harus berbagi pijakan kaki, kamu pasti ambil sisi terluar dan kakiku di sisi dalam. Bukan berselang-seling. Aku suka main sama kamu! Soalnya blablabla banyak lainnya. Dulu, ada yang suka bilang gitu. Sesederhana itu, tapi menyenangkan mendengarnya. -BAS-

Monolog tanpa Audiens : Salah

"Di sini, aku ga berhak memiliki hak," seseorang bicara padaku. Hari ini dia sangat cerewet. Memang selalu begitu. Seseorang ini senang sekali mengajakku bicara. Padahal responku selalu hanya diam. "Tapi aku tau kamu memikirkan omonganku," katanya. Hari ini ia banyak bercerita. Waktu aku kecil, pantatku tersundut obat nyamuk bakar waktu terjatuh saat aku bermain-main di dekatnya. Sakit. Panas. Tapi aku tidak menangis seperti yang anak kecil lain biasa lakukan. Aku hanya melihat ke arah adik laki-lakiku yang saat itu langsung terdiam lama sambil melihatku, meletakkan telunjuk di depan bibir, memberikan pesan agar ia diam dan tidak bilang pada ibu. Aku sangat takut dimarahi. Pertama kali saat sakit tidak biasaku muncul, awalnya aku tidak berani bilang apa-apa. Sebetulnya, aku sangat merasa kalau itu bukan sakit yang biasa. Agak menakutkan kalau aku rasakan dari tanda-tandanya. Aku tidak berani bilang. Takut aku disalahkan. Takut pola hidupku di asrama yang ak

Rengsa

Dunia, aku boleh bilang kamu curang ga? Boleh ga kalau kamu maksa aku tapi yang aku inginkan tetap kamu pikirkan? Hey, pada siapa lagi aku harus mengalah? Pada apa lagi aku harus menurut? Kurang bagaimana lagi aku menerima? Kapan lagi aku akan dituntut? Dunia, aku terlalu penakut bukan? Terlalu ringkih untuk dapat berhadapan dengan kamu. Begitulah. Hidupku kembali menjadi begini-begini saja. Melawan pun begitu-begitu saja. Lalu, tidak terjadi apa-apa. Payah! -BAS-

Kan ...

Merasa sepi kala sendirian, tapi tak pada semua bisa berteman. Bukan menjauh dari keramaian, hanya terasa setiap pandang penuh dengan penilaian. Menguliti hingga ketulang, merasuk ke perasaan yang tidak suka dengan gunjingan yang beberapa bisa ia ramalkan. Terlalu merasa kurang ajar untuk bergabung tanpa kontribusi tersumbang. Apalagi ucapan bapak makin seperti sindiran berulang-ulang. Namun, tetap jadi omongan juga kala diri mengasingkan. Di depan memaklumi pendiam, belum tentu sama makian di belakang. Akhirnya masih harus berusaha memilih tidak terpengaruh orang. Terlalu sering kepikiran. Walau kadang juga benar. -BAS-

Pusa

Kalau kamu terlalu tahu aku, kamu akan sadar setega apa sikap perhatianku pada seseorang. Kamu akan paham sesadis apa aku benar-benar peduli pada orang lain. Kamu akan mengerti pikirku yang menganggap bahwa baik pada manusia tidak harus selalu dengan cara yang terlihat baik-baik. Kali ini, aku buntu harus bersikap apa. Orang yang aku sangat pedulikan masa depannya terlalu mudah merasa jatuh. Dengan cara baik-baik pun ia tetap bisa jatuh. Pun kalau ia cukup tahu aku, aku bulat seratus persen yakin kalau hatinya tidak cukup mampu menerima caraku benar-benar peduli. Ia pasti menganggapku jahat. Sebetulnya aku tak apa dianggap jahat. Tapi, ada syaratnya: berdampak baik pada masa depannya yang benar-benar aku pedulikan. Tapi kalau ia benar-benar tidak peduli dan tidak menerima maksudku kan 'dianggap jahat'-nya aku jadi terasa percuma. Malam ini, aku baru menyentilnya sedikit. Lalu, aku merasa sudah menjadi manusia paling jahat sejagat raya. Aku tidak mau minta maaf. Dem

Sentris

Banyak hal yang sangat ingin diceritakan. Tentang tulisan-tulisan yang semuanya belum selesai; tentang pusat yang mengotak-atik pekerjaanku sesuka mereka; tentang ibu-ibu yang menelepon dengan protes bernada tinggi meski aku yang benar, yang untungnya tidak ada yang mengajakku bicara setelahnya; tentang sisi kiri yang mulai berulah, yang penyebabnya tak merasa ia ada andil, justru menyalahkan yang lain; tentang tawaran menggiurkan lain namun penuh keraguan; tentang pencarian kesempatan lain; tentang harapan yang diberikan namun belum ada titik terang; tentang masa lalu; tentang rasa tidak percaya diri yang sedang sangat tinggi; tentang omongan orang-orang dekat yang terasa meremehkan, hanya ingin citranya bagus di luar sana; tentang keinginan, yang tidak pernah dipedulikan. Tapi kalau justru membuatmu merasa rendah, tak apa kusimpan sendiri. Kalau mencari waktu untuk menceritakannya justru bisa menghasilkan cerita baru, lebih baik tak kucari waktu lagi. Kuhargai kamu memang se
Banyak yang maunya diceritakan. Takut tidak ditanggapi. ... Ceritamu lebih menarik.
Berat sekali malam ini. Diri ini tidak tahu diri juga, ternyata. Diberi semangat malah makin menjadi teriaknya. Diberi tawa malah semakin deras tangisnya. Berat sekali malam ini. -BAS-

Budi

Ingin bilang, Kalau mau istirahat, silakan. Aku yakin aku bisa mengurus diriku sendiri. Aku cukup berpengalaman, bukan? Kekurangan dari pengalaman yang lalu pun sudah kuatasi kini. Anak laki-laki itu juga kuurus. Aku janji. Tidak perlu khawatir. Kalau ingin hidup tenang, silakan. Aku tidak melarang. Aku tidak takut pula dibiarkan sendiri. Sehingga tidak perlu jadi repot mengurusi hal-hal yang aku sukai dan aku pilih. Aku sudah cukup dewasa untuk memilih, bukan? Orang-orang percaya aku baik. Anak laki-laki itu juga sudah dewasa. Bahkan sampai bisa ikut menasihatiku. Jadi, masih punya mata-mata untukku, bukan? Anak kurang ajar mana yang tidak ingin membanggakan dan menjaga nama baik orang tuanya? Aku tidak sekurang ajar itu. Aku juga ingin jadi bahan untuk diceritakan dan dibangga-banggakan di depan orang lain. Ingin bilang. Ingin sekali bilang. Dengan baik-baik. Sangat baik-baik. Karena  maksud sebenarnya juga baik. Tapi takut justru dibilang anak kurang ajar. Maksudn

Jenjam

Di antara sekian banyak manusia, salah satu diantaranya ada yang sangat mencintai rasa damai. Ia lebih memilih diam jika lawan bicaranya berbeda pendapat. Atau jika ada kemungkinan perbedaan pendapat dari orang-orang di sekitarnya. Tidak pernah membahas beberapa hal tertentu. Ia selalu menghindari perdebatan. Jika ia salah, ia pasti sadar dan segera minta maaf. Jika ia benar namun dihadapkan pada orang yang kuat berpendirian, lagi-lagi ia memilih diam. Agar lawannya juga diam. Namun jika lawannya terus berargumen saat ia diam, ia akan bersikap seolah-olah ia salah. Lalu membuktikannya kemudian. Nanti. Sekarang minta maaf dulu. Minta maaf lagi. Salah satu penyebab seseorang tidak menyukai dirinya yang selalu minta maaf. Terlalu banyak minta maaf. Tidak tahu kenapa.  Orang lainnya juga tidak suka ia selalu minta maaf. Karena orang ini tahu jika dirinya sendirilah yang salah, namun tetap sangat keras melawan. Berusaha untuk tetap menang. Saat ia minta maaf, orang ini just

Perseguir

Kuberi tahu, ada satu hal yang diam-diam selalu aku kejar. Entah sebetulnya mereka setuju atau tidak. Sebenarnya aku sudah pernah menunjukkan hasilnya. Tidak tahu apakah mereka sadar atau tidak. Tapi kalau dibilang tidak jelas, kuakui ini jauh lebih belum jelas dibanding yang saat ini terang-terangan mereka tentang. Terlihat melamun dan hanya bermain-main dengan telepon genggam -- yang selalu bisa aku andalkan setiap saat -- pasti bukan sesuatu yang mereka inginkan. Apakah aku sudah sampai di masa membuat keputusan karena tidak mau terus-terusan ribut? Tidak lagi mencari jati diri, lebih memilih mencari kedamaian. Tidak lagi mengikuti keinginan, lebih memilih kebutuhan untuk hidup tenang. Bukan lagi tidak ingin diganggu pilihannya, tapi tidak ingin diusik rasa damainya. Aku tidak bisa lagi mencari tantangan. Hanya rasa tenang. Bukan lagi mencari nyaman. Hanya jaminan. Apakah aku terlalu banyak memberontak? Hingga pemberontakanku kini tak digubris lagi. Lalu,... Hei! Mau bera

SEPINTAS MELINTAS: Tertampar

Si Nyusahin bisanya bikin marah mulu. Si Nyusahin bisanya bikin kecewa terus. Si Nyusahin bisanya selalu aja nambahin beban. Ga bisa gitu bikin seneng? Ga bisa gitu justru ngeringanin beban? Sedikit aja. Si Nyusahin ga bisa gitu mandiri sedikit, ga nyusahin, ga manja? Ga bisa gitu ga gini-gini terus? Ga gini-gini aja? Ga bisa? Tahun baru. Ayo dong jadi baik! -BAS-

Wira

" Harus siap terus-terusan ribut, berarti. " Benar juga. Baiklah. Aku yang mengalah. Lagi. Aku tidak ingin pulang ke arena perang. Walau aku juga tidak mau pergi ke tempat yang tidak aku inginkan. Aku lakukan. Aku pulang pada rumah yang menghina setiap pencapaianku yang justru orang lain banggakan. Yang menganggapku bukan manusia baik-baik ketika orang-orang di luar sana menilaiku dengan banyak nilai-nilai positif -- tanpa tanda minus yang berarti. Yang aku ceritakan alurnya justru sedang lebih fokus pada hal lain. Ingin kepalaku diringankan. Padahal kalau kuturuti tidak akan bertambah berat, kepalaku justru benar-benar akan menjadi lebih ringan. Tidak tahu. Entah belum siap, entah takut nantinya itu akan selalu menjadi satu-satunya solusi. *** Pangeran berkuda putih yang aku harapkan adalah ia yang bisa percaya aku baik-baik saja, bahkan dengan pilihanku. Ia yang tidak berharap namanya dijaga, walau aku pasti akan selalu berusaha menjaga namanya. Adalah ia,

Eka

Satu dari sekian yang aku butuhkan. Tempat mengadu apapun masalahnya. Tempat menangis siapapun penyebabnya. Tempat bercerita apapun objeknya. Tempat bersandar bagaimanapun lelahnya. Tempat berharap apapun inginnya, perlunya. Ada yang siap dihubungi dimanapun. Bisa didatangi dan ditemui kapanpun. Mau mendengarkan dalam kondisi apapun, bagaimanapun. Tidak usah beberapa. Jangan dulu berpikir tidak punya. -BAS-

Kenopsia

Rumah memang seharusnya menjadi tempat yang paling ingin dituju. Seharusnya menjadi tempat yang paling diharapkan setelah lelah dengan dunia luar. Seharusnya jangan sampai ada rasa takut pulang. Memang masih ada sesuatu di rumah yang tidak ditemukan di tempat lain. Akan sangat menyenangkan jika sesuatu itu bukan yang menyesakkan. 'Ingin pulang' terdengar lebih menyenangkan daripada 'sudah waktunya pulang'. -BAS-

Altru

Curang! Yang bermain dibiarkan, yang bekerja dihentikan. Curang! Sudah diperbantukan, tapi tetap dibilang minim kerjaan. Dibandingkan. Curang! Mereka yang saling tinggi, aku yang tidak enakan. Curang! Mulutku sudah sampai putih berbusa, tapi tak kunjung dapat balasan. Curang! Disuruh menunggu, tapi akhirnya tetap pergi sendirian. Curang! Mengeluh curang tapi tidak pernah mau bilang. Ya, curang pada diri sendiri. Kebiasaan. -BAS-

Jogja dan Asap Rokoknya

Ada yang ingin menikmati udara pagi ini sambil merusak udara pagi orang lain. Satu piring sarapan yang terasa lebih manis sudah habis. Yang dirusak udara paginya sudah selesai menyeruput dua gelas teh manis hangat. Angin pagi ini dingin. Semoga bapak di kota sana tidak lagi dingin setelah aku tinggal untuk beberapa hari. Setelah bisa kembali membakar batang demi bantang rokoknya tanpa ada yang memarahi hanya untuk beberapa hari. Semoga air mata sudah sepenuhnya tertinggal di pesawat tadi malam. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Simalakama

Malam ini sangat dingin. Semakin mendekati rumah, semakin gemetar. Dunia ini sangat berat, Tuan. Baru saja menemukan kenyamanan, dibenturkan oleh nyamannya orang lain. Baru saja menemukan impian, dihantamkan oleh mimpi pihak lain. Baru dipercaya, dihancurkan oleh kepercayaan manusia lain. Solusinya bagaimana? Aku harus mengalah lagi, kah? Curang. Aku benar-benar tidak tahu skenarionya dunia. -BAS-

Labun

Baru saja menemukan tulisan teman. Katanya, "kehilangan teman diskusi efeknya bisa separah ini." Aku tidak tahu apa yang ia rasakan dan separah apa kejadian yang ia alami. Tapi aku percaya apa katanya. Benar, efeknya bisa sangat parah. Bahkan saat ditinggalkan hanya untuk waktu yang tidak seberapa lama pun.  Ditinggal teman diskusimu sehari-hari untuk ke kota sebelah beberapa hari saja bisa terasa sangat berat. Ditambah lagi jika ia satu-satunya teman diskusi yang kamu punya setelah semuanya menjauh. Yang membuat matamu berkaca-kaca setelah seseorang bertanya padamu siapa lagi teman ceritamu karena sudah berpikir keras tapi tidak berhasil menemukan yang lain selain ia. Tapi jangan lupa bahwa kamu punya teman bicara yang tidak akan meninggalkanmu barang sedetik. Yang bisa kamu percaya sepenuhnya tidak akan dengan sengaja atau keceplosan menceritakan kembali cerita-ceritamu pada orang lain.  Lihat, kamu sudah menemukan yang lain. Jangan sedih lagi. -BAS-

Celik

Semakin lama tinggal di dunia, tiba-tiba muncul masa kita melihat orang yang menangis dengan sangat beratnya setelah baru saja ia tertawa terbahak-bahak dan senyum berbunga-bunga. Semakin lama menetap di atas Bumi yang semakin tua, ada saat kita ditampakkan orang yang terpuruk sejatuh-jatuhnya setelah beberapa waktu lalu ia sangat tinggi hingga mampu menantang dunia. Semakin lama menjejakkan kaki di atas panggung kehidupan, ada yang dihina seburuk-buruknya sehabis dielu-elukan dan dihujani milyaran pujian. Ada waktu dimana semua yang kita hadapi terasa sangat berat hingga mengutuk pencipta lalu tak peduli berbuat dosa. Padahal usaha kita menaklukannya belum seberapa. Padahal hanya masalah umum saja. Sebagian besar manusia juga merasakannya.  Lalu kita ditunjukkan pada yang tidak pernah kita duga; yang sebelumnya terasa tidak mungkin bahwa ia nyata. Sangat sakit saat sadar bahwa salah satu ketidakberesan dunia yang sangat tidak beres ternyata sangat dekat dengan lin

Hitam

Baru lagi pulang naik bis dari terminal yang selalu aku lewati saat SMA dulu. Bisnya masih sama bobroknya, panasnya, lama ngetemnya. Bapak tunanetra yang sama, caranya meminta-minta, hingga nada bicaranya yang masih sama. Bapak penjual gorengan yang juga sama, caranya menawarkan dagangan, dan kebiasaannya yang sedikit memaksa dengan menunggu lama walau yang ditawari sudah bilang tidak. Bumi ini sudah semakin tua. Dulu kita berlomba-lomba menjadi maju. Sekarang mulai takut akan kehancuran yang tidak sengaja tercipta. Dulu ada yang lupa dipikirkan. Belum sadar mungkin. Sebuah kemajuan sepatutnya tidak ditakuti jika langkah dan urutannya benar. *** Kita selalu semakin maju. Semakin berani. Tapi kita melewatkan beberapa tahap yang sangat penting. -BAS-

Saudade

Kemarin malam sekitar jam 11, dari atas angkutan umum yang sedang berhenti, tak sengaja mendengar dua orang pemuda di pinggir jalan kebingungan mencari jalan pulang. Sama-sama mengenakan peci dan sarung dengan baju koko yang sepertinya seragam dan menggendong ransel, mendengarkan seorang ibu penjual gorengan menunjuk kesana-kemari menjelaskan arah dan angkutan umum yang harus dinaiki. Nama sebuah tempat yang sangat jauh terdengar, sepertinya kota yang mereka tuju. Tempat sejauh itu, siang hari pun angkutan umum ke sana sulit dicari. Bagaimana larut malam begini? *** Dulu, waktu aku masih kecil, satu-satunya hal yang bisa membuat aku menangis di malam hari sebelum tidur hanya ketika membayangkan bapak-ibu tidak ada, ketika aku hilang dari jangkauan bapak-ibu. Tidak tahu bagaimana harus pulang. Tidak tahu bagaimana harus mengurus diriku sendiri.  Sekarang, kadang malah sengaja menjauh dari rumah. Sengaja tidak pulang. Lalu menjawab dengan malas dan sekenanya ketika merek

Satu

Kamu yang terbaik.  Dengan elegan, kamu mengenalkan aku pada dia yang berhasil membuktikan bahwa kamu yang terbaik. Dia yang memilih untuk menyuruhku kembali kepada kamu karena dia tahu kamu yang terbaik. Padanya, aku titipkan terima kasih yang seluas-luasnya. Padamu, yang aku pilih untuk pulang. -BAS-

Kira

Dunia belakangan sangat penuh dengan salah sangka. Parahnya, kita sampai tidak tahu kapan tepatnya. Membaca hati manusia tidak bisa sekali dicoba. Berkali diraba tetap sulit terlihat hitam dan putihnya. Mereka yang tidak sadar fenomenanya terus-terusan terjebak. Yang tahu, sinyal percaya jadi sulit sekali dikeluarkan. *** Seseorang kamu rasakan melindungimu benar-benar. Perhatikan bahwa beberapa orang lain juga melindungimu dengan benar. Lalu, mereka juga saling melindungi. Dari kamu. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Bungsu

Aku cemburu pada dia yang lebih dulu kamu dekap. Sesungguhnya, aku juga ingin kamu genggam lebih erat. Bukan salah kamu. Aku saja yang terlalu egois, belum mau benar-benar menjadi milik kamu. -BAS-

Ego

Ada yang lahir, ada yang mati. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang bangkit, ada yang hancur. Ada yang bertambah, ada yang hilang. Semakin hari, umur bertambah, pengalaman juga. Semoga beriringan dengan kedewasaan. Semoga yang semakin menggunung adalah kebaikan. *** Katanya ada yang berubah. Tersadari, belakangan lebih berani menuntut hak. Tersadari, tidak lagi diam merupakan salah satu cara memanusiakan diri sendiri. -BAS-

Hijau

Orang-orang dalam lingkaran itu juga aku sebut keriuhan lainnya; seringkali aku hindari. Namun, ada satu yang tetap aku biarkan hadir pada usaha pencarian energiku. *** Di antara beberapa ke-ingin-sendiri-an, pada kamu aku bilang ingin ditemani. Dalam setiap usaha untuk selalu mandiri, hanya pada kamu aku bertanya apakah aku boleh manja. Dibalik setiap senyum yang terlihat kuat, padamu aku berteriak ingin merengek. Untuk semua kata 'ya' pada beberapa tanya, juga setiap 'tidak' yang tetap enak didengar saat aku tidak bisa mengganggumu, rasa syukur setinggi-tingginya karena aku diizinkan untuk mengenalmu. -BAS-

Candala

Setelah selesai dengan keriuhan yang satu, biasanya aku tidak langsung pulang pada keriuhan lainnya. Mungkin butuh satu sampai dua hari; atau lebih. Menikmati sisi lain dunia yang sengaja ditutupi serapat-rapatnya. Sedikit sembunyi dari dunia terang yang biasanya.  Alasannya menabung energi untuk rangkaian keriuhan selanjutnya. Tapi kemudian, awan hitam menyelubung. Perlahan naik dari dasar atmosfer. Lalu, energi baru yang sangat besar benar-benar muncul. Walau terkadang masih dibayangi awan-awan hitam; harus segera dihilangkan. -BAS-

Tujuh Keenam

Mungkin akhirnya akan ada satu malam minggu yang akan aku ingat. Sebuah kenekatan yang benar-benar nekat. Hanya terpikirkan sekilas saja dan benar-benar dilakukan. Malam ketika aku merasa telah melakukan hal yang sangat konyol di beberapa hari sebelumnya namun tetap bisa merasa bangga. Bangga karena juga merasa telah melakukan hal yang benar. Meski benar-benar terasa sangat konyol. Terdengar sangat keras kepala memang. Untuk kesekian kali kekonyolanku didukung. Walau sebelumnya sempat dihina, aku tahu ia sadar bahwa kekonyolanku adalah yang terbaik yang bisa aku lakukan.  Hingga pagi datang, kali ini dukungannya lebih dari kuat biasanya. Tak hanya ucapan, ia merenggut semua khawatir yang berlebih. Merengkuh jiwa-jiwa yang tak tahu lagi tuannya dimana. Merangkul hati yang tinggal setengah, tak tahu dimana sisanya. Tahu, hanya saja tak mau mengakui. Atau tak mungkin lagi mengakui. Semuanya lebih dari biasanya. Dan kali ini, aku benar-benar bisa sedikit tenang. -BAS-

Kelana

Bepergian ke tempat baru itu menyenangkan. Tidak perlu perjalanan mewah serba menyenangkan. Bukan juga petualangan penuh perjuangan dengan nyawa sebagai taruhan. Perjalanan sederhana saja, yang diri ini pasti mampu lewati. Sedikit tantangan tak apa. Memang harus ada supaya meninggalkan kesan. Perjalanan ke tempat baru itu seru. Kadang sedikit merepotkan orang lain. Sedikit membuat khawatir orang-orang yang peduli misalnya. Atau ujung-ujungnya, ada saja orang-orang baik yang bersedia menemani di tengah-tengah perjalanan. Tidak sepanjang perjalanan, sebentar saja sampai waktu menuntun kami berpisah. Atau aku harus mengucapkan bahwa cukup sampai di sini dan aku bisa sendiri. Orang-orang baru kadang bisa sekhawatir itu. Sendirian bepergian ke tempat baru itu mendewasakan. Menyayangi diri sendiri. Darinya, aku belajar memaknai perjalanan hidup. Agar tidak manja bahwa semuanya harus sesuai rencana dan ekspektasi. Bahwa semuanya harus tetap berjalan agar tetap tidak merugi sampai tib

Tidak Sedia

Mengeluh itu menyenangkan. Memaki itu melegakan. Jika kau memiliki seseorang yang tepat untuk bisa melakukan keduanya, bersyukurlah. Dulu, kita juga sedekat itu. Dengan mereka yang dulu juga kamu bisa melakukan keduanya. Lalu, kini kita sejauh samudera dengan aku tenggelam di dasar kerak bumi. Mengapung tepat di atas magma mantelnya. Sekarang, kamu menemukan lagi dia yang lain yang mendengarkan keluh dan makimu. Aku yang tidak terlihat, jauh tenggelam di dasarmu, tidak tahu berpikir apa. -BAS-

Kontra

Topik tentang pria dan wanita memang tidak pernah habis. Semuanya bisa dibahas. Dari pengalaman, uneg-uneg, opini, sampai obrolan kami berujung pada fakta yang disampaikan oleh seorang pria yang tidak diragukan lagi pengalamannya. Beliau bilang, ketika wanita pujaannya ternyata juga berbalik menyukainya, rasa bahagia hanya sementara. Merasa mudah, tak ada yang perlu dikejar, perasaan cepat-lambat akan berubah. Perempuan memang harus tarik-ulur. Bukan fakta baru. Namun, entah mengapa sampai sekarang pun masih sangat sulit diterima. Terutama bagi kelompok wanita yang selalu menyayangi dengan tulus. Karena bagi mereka, keharusan yang diwajarkan kalangan pria tersebut justru berbanding terbalik dengan kenyataan tentang perasaan mereka yang semakin hari justru semakin bertumbuh. Yang setiap waktu semakin ingin menjaga. Yang jangankan berniat tarik-ulur, meski ingat fakta lama itu pun, mereka takut justru akan menyakiti pria kesayangannya karena merasa dipermainkan. Di sisi lain, ad

SEPINTAS MELINTAS: Halaman Lama

Aku menyerah. Halaman untukmu aku buka kembali. Walau aku yakin kamu tidak ingat. Atau bahkan sudah enggan melihat. Tak apa, aku aman. -BAS-

Panca, Lengang

Menulis itu sulit. Aku akui sangat sulit. Tapi di sini aku hanya menuliskan apa yang ingin aku tuliskan.  Perasaan terpendam, ucapan-ucapan selintas, pikiran-pikiran mengambang, pesan-pesan yang terdengar, cerita-cerita terukir, semuanya. Aku biarkan saja mengalir apa adanya. Lima hari tanpa tulisan sebetulnya wajar saja. Namun kali ini terasa sangat lama. Lima hari tanpa tulisan bukan karena sedang tidak ada inspirasi. Bukan otakku sedang buntu. Bukan tidak ada keresahan. Lima hari ini sangat banyak yang ingin dituliskan. Tapi semuanya tentang kamu. Sial. -BAS-

Baur

Terlalu kreatif. Terlalu inisiatif. Kita menceritakan kembali sebuah kisah versi pemahaman kita masing-masing. Memunculkan cerita yang taksa. Ceritaku begitu saja. Tidak perlu ditambah. Jangan dikurangi. Ah, tidak usah repot-repot diceritakan kembali. Aku bicara padamu  karena aku percaya. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Garis Akhir

Mulai berpikir untuk udahan. Takut. Iya, takut kamu menjauh semakin jauh lagi -- kalau kamu lihat . -BAS-

Klandestin

Hai, kamu yang selalu menempati urutan pertama pencarian otomatisku. Tahu tidak? Jangankan dia yang jadi satu-satunya tempat berceritaku tentang kamu walau terkadang masih canggung. Sampai sekarang, aku sendiri pun tidak tahu keputusan apa yang sebenarnya ingin aku ambil. Mungkin menjalani saja hari demi hari dengan membuat-buat kesibukan. Membiarkan ia mengalir begitu saja.  Namun ketika malam, saat punggung lelah dan kepala pening akibat kesibukan yang aku cari-cari sendiri menyentuh dipan, kamu selalu muncul. Bahkan walau bilik belum gelap. Bahwa ada beberapa kata yang saat mendengarnya dari mana pun asalnya, aku selalu merasa khawatir. Yang akhirnya hanya bisa aku khawatirkan saja.  Juga tentang pembelaan orang-orang untukku yang tetap aku biarkan berlalu. Tanpa masuk lubang telinga sekali pun. Bahkan kadang kesal saat mereka terus-terusan memojokkanmu. Mungkin mereka menyadari perubahan sikapku dan mulai ikut-ikutan kesal melihatku yang seolah tidak peduli pada di

DEAR DIARY: Selamat Malam, Kam...is

Hari ini berat. Sangat berat. Mau marah, iya.  Mau memaki, iya.  Mau menangis, jelas.  Hampir saja keluar.  Tapi... Terima kasih Bertha. Terima kasih juga hujan. Tapi juga... ... Pikirku, sepertinya harimu jauh lebih berat. Cukup. Sampai situ saja. Aku tidak ingin membuatnya justru menjadi semakin berat. -BAS-

Philia

Beri tahu aku sinar yang tidak menyakiti langit malam. Yang dengan kehadirannya, bintang-bintang tidak tertelan, tetap riang, riuh meramaikan hitam; senyum sabit tetap jadi yang paling memesona, menyapa Bumi beserta seluruh penghuninya; Jalan Susu tetap gagah melintang, memitakan hadiah jagat raya bagi semua pengagumnya. Beri tahu aku sinar yang tidak menyakiti langit malam. Yang dengan adanya ia, aku merasa aman menikmati cakrawala yang membentang. Yang bersamanya, aku bisa tetap tenang walau diserang sesak yang dibawa gelap -- pekat. Beri tahu aku sinar yang tidak menyakiti langit malam. Beri tahu aku yang lain selain sorot matamu. -BAS-

Kesan

Kalau pun kamu tahu bahwa aku salah kira, jika pun kamu sadar manusia hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar, pun walau kamu percaya kalau kebenaran pasti akan terungkap, kenapa kamu menyerah dari berusaha lebih keras untuk memperbaiki citramu pada pikirku?  Pada aku saja. Aku ingin meminimalisir penyesalan. -BAS-

Ingin

Hai, Aku ingin menanyakan kabar. Apakah kamu baik-baik saja tanpa aku? Pasti begitu, bukan? Karena adanya aku tiada guna dan justru menambahkan beban dalam setiap masalahmu. Aku rasa begitu. Tahu masalahmu saja aku baru. Maka, ada satu lagi yang aku ingini. Aku ingin meminta maaf. *** Hai, pembaca setiaku yang tinggal satu. Seandainya saja kamu tahu orangnya. Aku ingin menitipkan salam. Maaf kalau merepotkan. Tapi terima kasih untukmu karena masih terus membaca. -BAS-

Pujangga

Kamu memang lebih suka menuangkan semuanya dalam tulisan, ya? Terakhir kali, kamu memintaku untuk mengirimkan sebuah link pada ibumu. Untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Lalu, aku dengan tidak sopannya membacanya terlebih dahulu. Baru kemudian mengirimkannya pada ibumu. Ia terharu. Waktu itu juga. Kamu mengirimkan sebuah link padaku. Saat kamu berpikir bahwa sebaiknya kita berpisah saja setelah sekian lama bersama. Sebuah link yang tersambung pada blog pribadimu yang sebelumnya tidak pernah aku tahu bahwa kamu baru saja membuatnya belakangan. Padahal biasanya aku selalu membaca tulisan-tulisanmu. Semuanya terungkapkan di sana.  Ya, cara unik yang tidak biasa dilakukan laki-laki lain memang. Bukan dengan mengirimkan pesan atau melalui telepon yang sering diremehkan orang. Bukan juga dengan berbicara langsung yang dianggap orang-orang lebih jantan. Dasar, laki-laki perangkai kata. Tapi caramu boleh juga. Walaupun aku akui memang  kurang jantan. Setidaknya aku tahu

Metamorf

Manusia itu unik, ya? Bagaimana ceritanya mereka melupakan orang yang pernah benar-benar mereka cintai? Yang pernah mereka prioritaskan dan saling memprioritaskan. Yang wajah dan tingkah lakunya pernah bisa terbayang di sepanjang hari. Yang kehadirannya pernah selalu diidam-idamkan. Manusia itu unik, ya? Bagaimana kisahnya mereka meninggalkan orang dulunya selalu mereka tunggu-tunggu? Bahkan dulunya selalu dicari-cari. Ya, manusia itu unik. Dalam satu rantai kelanjutan hidupnya, mereka bisa seberubah itu. Bisa seberbeda itu. -BAS-

Malang

Batu, dinginnya masih terbawa. Perjalanan ke Malang mengajarkanku bahwa kalau bukan jodohku, mau bagaimana lagi? Pada kamu, yang bahkan pemandangan matahari terbit yang sangat aku cintai dan rindukan pun bisa teralihkan. Kamu tetap harus pergi bahkan ketika aku sedang tidak sadar. Baru kutahu belakangan bahwa ternyata kamu sudah menghilang. Perjalanan ke Malang memberiku waktu untuk merenung bahwa tidak semuanya harus diungkapkan. Bahwa tidak semua yang disampaikan pun mampu menyelesaikan. Kamu tidak perlu tahu apa yang saat ini sangat mengganjal di hatiku. Nanti kita semakin rumit. Kamu hanya perlu tahu kalau aku sadar bahwa jatuh cinta pada siapa seharusnya tidak bergantung pada intensitas bertemu. Malang mengajarkan juga kalau sesuatu yang diaggap menyenangkan oleh orang lain, belum tentu berlaku juga untuk kita. Ia juga menunjukkan bahwa tidak perlu ikut-ikutan standar orang banyak. Aku tetap harus memikirkan dan mencari tahu terlebih dahulu. Malang juga menunjukkan

Angin-anginan

Ia punya semuanya. Cita-cita yang jelas, keinginan untuk maju, optimisme, kecenderungan terus aktif dan bergerak, cerita-cerita menyenangkan, obrolan dan humor yang bisa aku terima, kemampuan menciptakan suasana, rasa sayang yang tulus, cara mencintai yang unik, kecemburuan yang lucu, dan manis, ... semuanya. Hanya satu yang kurang, satu yang membuat aku bingung dengan semua penyesalannya yang pernah terjadi. Ia bisa menunjukkan semua itu pada semua wanita. Yang selalu membuat aku ragu, apakah aku benar-benar diinginkan, atau ia sekedar sedang ingin? *** Terima kasih karena pernah hadir. Terima kasih juga karena telah membuatku ingin mencari sosok sepertimu, yang semoga tidak hanya sekedar sedang ingin. -BAS-

Kiraku

Aku kira kamu akan marah Aku kira kamu akan mulai tidak peduli di kalimat pertama Aku kira aku akan diprotes keras Aku kira aku tidak punya tempat untuk mengungkapkan atau sekedar bercerita tentang ini Karena aku sudah diwanti-wanti. Ternyata di balik kalimat "berapa kali aku lihat kamu begini?" dukunganmu berhasil menenangkan. Terima kasih banyak dan maaf sudah membuat jaketmu basah. -BAS-

Untuk Siapa?

Kadang kamu mencari-cari alasan Bahkan kadang membuat-buat Kadang sibuk menyiapkan sanggahan Kalau-kalau mereka tanyakan Padahal Nyatanya mereka tidak pernah menanyakan bantahan Tidak menyatakan sesuatu yang bisa disanggah Bahkan tidak terpikirkan kalau ternyata ada alasan Lalu semua yang kamu susun sekian rapinya itu untuk apa? Kalimat-kalimat itu untuk keadaan yang bagaimana? Dan alasan-alasan itu untuk disampaikan kepada siapa? Jawabmu: Untuk aku sendiri. Aku yang baru saja tersadar bahwa kepada diri ini, orang-orang tidak akan sebegitu pedulinya. -BAS-

Temu

Mereka yang menunda-nunda pertemuan kala pihak lain sedang berusaha berdamai dengan rasa rindu yang sangat sulit untuk didamaikan adalah orang-orang yang sangat jahat. Menurutku. Alasan besar yang membuat aku menyadarkan diri sendiri bahwa aku tidak bisa terjebak dalam hubungan jarak jauh. Lebih jahat lagi saat kata "agresif" digunakan. Terserah sengaja atau tidak. Akan semakin jahat kalau tidak sengaja, memang. Untuk menghindar dari tagihan pertemuan mungkin. *** Menjadi dingin itu sangat mudah. Sangat. Untuk aku. Setelah tahu fakta ini, kamu yang mengakui diri sendiri sangat peka itu seharusnya paham seberapa jahatnya kata itu. Seharusnya mengerti seberapa gengsi dan konflik dalam diri yang terjadi sebelumnya sampai kata tersebut terdengar. Seharusnya sadar betapa kehadiranmu jauh lebih diperlukan dibanding hadirnya dirinya sendiri. -BAS-

Sendiri

Tiba-tiba sedih sendiri. Galau sendiri. Kecewa sendiri. Bingung sendiri. Marah sama diri sendiri. Ya, sedang kesal dengan diri sendiri. Yang selalu berharap menjadi satu-satunya bagi seseorang. Egois. -BAS-

Jangan Lagi

Jangan lagi meminta saya menunggu. Saya pernah menunggu tapi kemudian ditinggalkan. Pernah menunggu lalu dikhianati. Pernah menunggu lalu tidak membuahkan apa pun. Hanya menghasilkan diam walau sudah ditagih dengan galaknya. Lalu menghasilkan rahasia-rahasia lain. Menghasilkan rangkaian kata baru yang saya tidak pernah tahu maksudnya. Tepatnya, yang tidak mau saya terka arti dibaliknya. Saya beri tahu, tidak semua wanita itu sensitif dengan kata-kata. Beberapa memilih untuk tidak lagi sensitif. Beberapa lagi berpura-pura tidak sensitif. Mereka melindungi perasaannya sendiri. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Lebah

Lebah langsung mati setelah menyengat lawannya. Suatu bentuk pertahanan diri. Lalu, kenapa ia menyakiti yang menurutnya mengancam kehidupannya padahal nyatanya tidak bisa mengubah keadaan? Ia tetap mati. Dan belum tentu juga yang ia pikir mengancam kehidupannya tersebut benar-benar berniat mengganggunya. Padahal, bisa jadi ia masih punya kesempatan hidup jika ia tidak menyengat.  Katanya, mati karena membela diri jauh lebih keren. -BAS-