Posts

Showing posts from June, 2018

SEPINTAS MELINTAS: Darah Bintang

Cancer-O. Mereka sangat pandai mengembalikan Taurus-B yang serba tidak-enakan benar-benar menjadi Taurus-B yang seharusnya. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Anjing Baru

Dari lorong sebelah, aku mendengar seorang temanku berbicara pada temannya. "Lu tau ga kalo gua punya anjing baru?" Dalam hati, aku menjawab. "Aku tidak tahu. Yang aku tahu, kamu punya pacar baru." ... Tunggu! ... Baiklah -BAS-

Belakangan

Belakangan, sepertinya aku terlalu sibuk. Terlalu menyibukkan diri, maksudku. Hingga aku tak tahu kabar orang-orang. Hingga orang sebelah hanya aku sapa sesekali. Hingga seseorang terus marah-marah karena pesannya hanya aku baca.  Seseorang yang lain sampai memaksaku menemaninya pergi hanya agar kami bisa ngobrol seperti biasanya. Tentang keluarganya. Tentang teman-temannya. Tentang keluhan-keluhan sebagai sesama anak sulung perempuan. Bahkan sampai ada tanggung jawab yang terlupakan. Hingga aku terlalu takut memeriksa aplikasi komunikasi di handphone -ku sendiri. Sesungguhnya sesibuk apapun, aku selalu punya waktu kosong. Di waktu itu aku berkeliling. Memeriksa orang-orang yang memang aku perhatikan. Dan di waktu itu pula, aku melihatmu seperti sedang tidak baik. Tapi aku percaya, bahwa aku bukan lagi yang kau kamu-kan. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Berpikir

Sepertinya aku sudah memikirkan terlalu banyak orang beberapa hari ini.  Sama seperti post sebelum-sebelumnya, aku ingin bertanya. Bolehkah aku tidak banyak berpikir dan hanya melakukan saja apa yang harus aku lakukan? Bisakah? -BAS-

Biru

Perjalanan panjang hari ini sangat biru. Mobil-mobil di samping banyak yang biru. Celanaku biru. Papan penunjuk jalan juga biru. Langit sangat biru. Awan kelabu baru muncul menjelang sore. Airnya takkan turun di daratan, aku pikir. Perasaanku, hatiku juga biru. Aku hanya menatap langit. Seharian. Tertidur pun tidak. Lagu-lagu yang disetel untuk mencegah kantuk tak bisa membuatku ikut bernyanyi. Bergerak pun tidak. Tak seperti biasanya. Tontonan komedi sebagai selingan juga tak mengalihkan perhatian. Aku hanya memikirkan banyak hal. Karenanya aku biru. -BAS-

Kaki Salak ke Kaki Merapi

Salak ke Merapi. Sebuah jarak yang mengajarkanku banyak hal. Dari kaki-kakinya terbentang rindu. Membesar sekaligus mengecil dalam setiap jarak yang aku tempuh.  Rindu itu berbanding lurus dengan jarak dan waktu. Dengan semuanya adalah anggota bilangan cacah. Semakin besar jika jarak semakin panjang walau waktunya sama. Pun semakin besar jika waktu semakin lama walau jarak sama saja. Bagi sebagian orang, mungkin merupakan operasi perkalian. Bisa bernilai nol jika salah satunya nol. Namun bagiku, ia penjumlahan. Hanya bisa nol jika keduanya nol. Lalu kamu mempersilakan aku pergi jika aku ingin. Kelihatannya seperti itu. Tapi yang aku tangkap adalah kamu memintaku pergi. Sudah ku bilang. Pergi saja jika ingin pergi. Jangan meminta aku yang pergi.  Salak dan Merapi juga sudah mengajarkanku tentang perpisahan jauh sebelum ini. Tentang melepaskan dan melupakan, berdamai dengan perasaan, mereka bilang aku sudah lulus dengan baik. Hanya satu yang sampai sekarang belum bisa aku te

Kota Hujan

Seruan penduduk kota yang langitnya selalu ditutupi awan Mengeluh tak bisa ikut merangkai konstelasi Berseru rindu pada senyuman sabit Impian melihat meteor pun hanya menjadi angan Sudahlah, berhenti berangan-angan Aku tahu Kalau benar-benar mau, ia akan pergi sejenak dari kota ini Sebentar saja Lalu kembali rindu pada hujan deras di malam hari yang tak kunjung henti Membuat orang-orang sulit karena harus terjebak berjam-jam tanpa bisa kemana-mana Hingga akhirnya ia memutuskan menembus hujan Sampai di rumah dengan basah kuyup karena payung atau jas hujan saja tak cukup melindungi Ia segera membersihkan diri lalu tertidur lelap dilagui suara hujan Rencana malam ini batal Dan ia terbangun di pagi hari dengan sisa-sisa gerimis dari hujan tadi malam -BAS-

Ketika

Ketika seseorang mulai sulit ditemukan. Tak ada di tempat ia biasanya berada.  Ketika pembicaraan tak lagi menenangkan. Dan bantahan terasa menyebalkan. Ketika ia tak mau lagi bekerja sama mengobati rindu. Maka, kau harus segera bersiap untuk sesuatu, bukan? Aku sudah siap sejak awal, aku tahu. Sangat awal. -BAS-

Di Balik Punggung Bapak Berjaket Seragam

Perjalanannya cukup singkat. Tapi sangat banyak yang bisa aku pikirkan malam ini. Di perjalanan pulang, di balik punggung bapak berjaket seragam. Bahwa malam ini aku sudah terlalu mengantuk. Terlalu lelah. Hingga malas diajak bicara. Bahkan untuk memilih jalan sekalipun. "Terserah bapak saja," kataku. Bahwa aku sebal dengan kaca helm yang tak bisa dibiarkan terbuka. Yang menghalangi jalan angin untuk membasuh wajahku dengan uap-uap air yang ia bawa. Bahwa pertemuan malam ini terlalu kaku. Bahwa sesungguhnya aku benar-benar rindu. Bahwa sebenar-benarnya aku merasakan sedih. Bahwa sejujurnya aku sangat ingin tahu. Berusaha mencuri dengar setiap pembicaraan yang ada. Yang sepertinya tak melibatkan aku. Bahwa seseorang bisa tiba-tiba menjadi sangat menyebalkan hanya pada satu orang saja. Bahwa ada sebuah rahasia, yang sangat ingin untuk aku ungkapkan. Kami hampir sampai. Titik-titik air mulai mengetuk kaca helm yang akhirnya kubiarkan tertutup. Menyerah

Sedih

Kenapa rasa sedih bisa muncul tiba-tiba? Padahal kamu hanya baru saja mendengarkan satu lagu berulang-ulang. Lebih dari sepuluh kali mungkin. Memang lagu sedih. Tapi memangnya seberpengaruh itu? Padahal kamu pun tak tahu apa yang kamu sedihkan sekarang. Kata orang, mungkin kamu hanya sedang kesepian. Dan rasa sedih memang bisa tiba-tiba menghampiri siapa saja. -BAS-