Posts

Showing posts from January, 2018

Manusia

Beberapa hari lalu, pagi-pagi sekali, ada yang mengeluh padaku. Ia bilang, "ada orang-orang yang minim pemahaman bahwa setiap orang punya privasinya masing-masing." Aku mengamini. Tapi anggap saja mereka peduli. Terlalu peduli hingga tak peduli bahwa kita juga punya privasi. Hubungan antar manusia memang sangat merepotkan, bukan? Ya, aku mendadak jadi sangat sensitif dengan kalimat tersebut. Aku kesal, kadang mereka, manusia, ingin kita menjelaskan, tapi tak peduli pada apa yang benar-benar kita jelaskan. Karena mereka bukan minta penjelasan, hanya butuh persetujuan bahwa yang mereka yakini itu benar.  Di sisi lain, nyatanya kau tak bisa menyenangkan semua pihak hanya dengan satu sikap. Ah, tak perlu jauh berpikir semua pihak. Dua pihak saja dulu. Bahkan hanya untuk menghadapi dua pihak pun kau tak tahu bagaimana seharusnya bersikap. Baru menghadapi, belum menyenangkannya. Aku lelah memikirkan apa yang dipikirkan manusia. Aku lelah mengorek isi hati setiap ma

Bilik Kerja

Aku suka bilik kerjaku. Bilik kerja yang sederhana. Cuma ada seperangkat komputer, telepon, dan cermin besar. Dengan latar berwarna kuning. Tak ada hiasan. Tak ada pajangan apa pun.  Di sana seolah aku terisolasi dari orang-orang di sekitar. Aku bisa berlindung ketika pembicaraan orang-orang sudah mulai tidak kusukai. Atau sekedar ingin diam dan tidur karena semalam tidur larut menanggapi jalan pikiran orang yang nyatanya justru membuat sakit hati karena sangat jahat. Aku bisa mengisolasi diri. Cuma cermin besar sebagai teman. Ya, diriku sendiri. Aku bisa dengan jelas melihat ekspresi senangnya setelah menghubungi nasabah yang menanggapinya dengan baik. Atau tiba-tiba memanyunkan bibir ketika nasabah yang dihubungi tidak mau konfirmasi dan malah balik memarahinya. Atau ekspresi dari perasaan yang merasa sangat tersanjung mendapat ucapan selamat bertugas dari nasabah yang sangat baik. Lalu tak berhenti tertawa bahagia melihat tingkahmu yang langsung menghubungi dan mengucapkan

Kayuh

Perahu bebeknya cuma bisa dikayuh oleh satu orang. Satu orang lagi hanya bisa diam kasihan melihat orang pertama lelah mengayuh. Atau mengendalikan arah perahu kalau  memang benar-benar ingin membantu dan sedikit berguna. Perahu terus-terusan bergerak ke kanan. Aku kira karena terbawa arus. Namun ketika diarahkan searah dengan arus pun ia tetap ke kanan. Mungkinkah karena kayuhnya hanya ada di kiri? Hanya ada satu kincir yang digerakkan mungkin? Aku juga tak tahu. Entah bagaimana sistem kincir di bawah sana. Tapi gerakan terus menerus dan energi dari orang sebelah kiri yang tidak seimbang dengan orang sebelah kanan yang hanya diam juga seharusnya berpengaruh, bukan? Tidak seimbang. *** Pertanyaan-pertanyaan hari ini terasa berat. Berat untuk dijawab. Mungkin karena otak sedang tidak ingin diajak berpikir. Kosong. Atau justru karena terlalu banyak yang dipikirkan ketika akan menjawab? Atau dada yang masih terasa sangat sesak karena ada energi yang tidak seimbang dari kata-k

"Hujan"

Hujan hanya turun ketika dipercaya akan turun. Pagi ini tak ada yang peduli pada langit. Apalagi hujan. Tak ada yang terpikirkan. Seseorang tiba-tiba melihat langit. Awalnya hanya tertarik pada awan. Awan-awan putih tipis dengan langit yang tampak biru menarik perhatiannya. Ia berbicara pada temannya, "Cerah. Mungkinkah nanti sore turun hujan?". Semakin siang, awan semakin tebal. Semakin banyak menarik orang. Pembicaraan seseorang tadi pagi terus menyebar. Tanpa sengaja. Mendung jadi jebakan. Semakin banyak yang melihat langit. Memikirkan sesuatu. Tak diucapkan, tapi satu sama lain saling tau. Lalu makin banyak yang bicara. Gerimis makin memancing. Makin banyak yang bicara. Mulai banyak yang berteduh. Lebih banyak lagi yang mengeluh. "Yaahhhh, hujan". Ada juga yang menyambut dengan senang. "Yeeyyyy, hujan!" Lalu hujan turun semakin deras. *** Hari ini sekelompok remaja berkumpul setelah lama tak bertemu. Mereka tertawa bersama sehar

Air Mata

Kenapa? Semua orang punya air mata bukan? Termasuk laki-laki. Bahkan orang-orang yang selalu terlihat kuat. Apalagi orang-orang yang selalu berusaha terlihat kuat. Lagi pula air mata tak menunjukkan kekuatan bukan? Dan aku baru tau. Air mata tak cuma bisa menggambarkan kesedihan, tapi berbagai luapan emosi yang tak biasa. Sedih yang terlalu sedih, sakit yang teramat sakit, senang yang begitu senang, marah yang begitu marah, rindu yang teramat rindu, hingga kesal yang terlalu kesal karena sudah terpendam dan menumpuk berapa lama. *** Hari ini aku kesal. Sangat kesal. Bukan dengan siapa-siapa. Jangan salah sangka. Jangan juga merasa bersalah. Hanya kesal dengan keadaan. Maaf jadi menyalahkan orang lain. Maaf juga kalau kamu terkena dampaknya. -BAS-

Intuisi

Aku bisa membeli sesuatu hanya karena hal-hal kecil. Tak perlu karena modelnya. Atau bahannya bagus. Atau harganya murah. Hanya karena ia abu-abu mungkin, dan aku sedang ingin barang abu-abu. Atau karena ada gambar kodok, atau bebek, atau monyet, atau anak macan dan anak serigala. Bahkan hal-hal yang tak ada hubungannya dengan benda tersebut. Seperti orion muncul malam ini. Atau karena orang-orang di telpon hari ini menyenangkan. Di sisi lain, aku bisa dibuat ragu tanpa alasan apapun. Lalu tak jadi beli. Padahal aku suka semuanya, hingga ke detailnya, bahkan membutuhkannya. Tak ada yang salah, karena alasannya pun tak ada. Intuisiku saja yang mengatakan seperti itu. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Ada yang Salah

Hey, sadarkah ada yang salah dengan diri anda? Hingga untuk setiap orang-orang baru yang muncul, selalu ada orang yang dulunya sangat dekat menjadi sangat ingin menjauh. Hingga orang yang sesungguhnya disayangi menjadi berbalik membenci. *** Kamu diam di sana saja. Jangan kemana- mana. Nanti ada yang pergi lagi. Nanti bertambah lagi yang benci. - BAS -

Manis Menipu

Ada yang mengarang cerita agar orang lain suka, bukan? Ada juga yang pura-pura menyukai sesuatu agar orang lain suka, bukan? Ada pula yang bercerita melakukan sesuatu, padahal tak tertarik sama sekali. Wajar bukan? Namanya juga pengorbanan. Ah, jadi terlihat manis. Tapi aku tak suka. Aku merasa ditipu. Kamu ga gitu, 'kan? - BAS -

Alir

Aku ingin menulis. Tapi tak tahu membahas apa. Ah, tulis saja dulu. Nanti juga mengalir begitu saja. Aku ingin pergi. Tapi tak tahu mau kemana. Jalan saja dulu. Nanti juga bisa temukan tujuannya. Aku ingin mapan secara finansial. Tapi tak tahu bisa bekerja apa. Ah, kerjakan saja dulu yang bisa dikerjakan. Aku ingin bahagia. Tapi tak tahu bagaimana. Lakukan saja dulu apa yang di depan mata. ... Aku rindu. Sangat rindu. Tapi tak bisa bertemu. Pun ia tak ingin bertemu. Ya sudah, biar kusimpan sendiri saja. - BAS -

Konstelasi

Ia hanya sekumpulan titik-titik biasa. Istimewanya hanya bisa berkelap-kelip. Berserakan menghiasi langit malam. Hanya sedikit pula yang tertarik. Cobalah tarik garis untuk menghubungkan beberapa dari mereka. Terlihat bentuk sederhana. Masih sangat sederhana hingga tak banyak orang menyadarinya. Kemudian gali lebih dalam. Maka dibalik semua kesederhanaannya, kamu akan menemukan kisah-kisah luar biasa. Cerita latar belakang yang bisa menguras jiwa. Jutaan makna tersembunyi yang istimewa. Kadang dijadikan pedoman hidup. Kadang memiliki arti yang sangat berharga bagi kehidupan seseorang. - BAS -