Posts

Showing posts from 2020

Aktor

Terima kasih atas peran-peran yang begitu penting, yang sudah Kamu berikan untuk Aku. Penasihat, yang tidak didengar nasihatnya, Pengatur rencana, yang tidak dilihat rencananya, Pemikir, yang tidak dipedulikan buah pikirnya, Pengambil keputusan, yang tidak dilakukan keputusannya. Lalu, Budak,  sebagai pelampiasan dari semua perasaan buruk karena tidak memiliki penasihat, pengatur rencana, pemikir, serta pengambil keputusan. --- Aku suka oranye. Terima kasih karena telah memberikan senyum untukku malam ini, Bulan. -BAS-

Satu Alinea

Kamu tidak tahu bahwa orang yang tertawa bersamamu beberapa jam yang lalu, sedang merasa amat gagal dalam hidupnya. Yang tadi sangat semangat menghabiskan makanannya, sebenarnya sedang berusaha agar jiwanya tetap ikut hidup. Ia yang tadi sore ikut bersamamu berburu kafein, malam ini ingin minum susu sebelum tidur. Ingin menjadi kecil kembali dan dimarahi Ibu saat belum bisa tidur ketika jarum menunjukkan pukul sembilan. Ia yang tadi sedikit kesal hampir kehabisan waktu, menunduk amat pasrah di akhir sujudnya. Kamu tidak tahu bahwa ia yang hasil kerjanya sedikit kamu protes hari ini, sedang berusaha agar kepalanya tetap bisa tegak berpikir. Yang memanggil nama kucing kesayangannya ketika sampai di rumah, sedang berusaha agar hatinya tetap hangat ditumbuhi rasa sayang. Ia yang tadi tetap yakin mengajakmu toss, malam ini, air matanya membanjiri bantal di ujung sadarnya. Bahwa ia yang karyanya kamu nikmati, sedang menangis menulis ini. Suatu waktu berhenti, kala makin deras, saat sebuah la

Belajar yang tidak Menyenangkan (?)

Boleh ga kalau aku sudah malas berusaha lagi? Terserah apa yang di pikirmu. Aku malas menjelaskan. Dan aku merasa sangat bodoh karena masih belum paham maksud dari yang kamu masalahkan. Sangat sangat bodoh karena aku malas berusaha paham. Atau malas dijelaskan? Memangnya aku bertanya pada dosen killer? -BAS-

Pirsa

Percaya ngga, kalau aku bilang ternyata ada wanita-wanita yang memilih untuk maklum dengan yang katanya naluri laki-laki? Yang ngga peduli pacarnya godain berapa pun wanita di luar sana asal ingat dengan hubungan khususnya. Yang terserah suaminya pergi dengan wanita lain asal ia ingat dan pulang ke rumah. Yang merasa wajar kalau lelakinya bosan dan mencari pelarian di luar sana asal ia kembali dengan segenggam rasa yang ia anggap cinta. Bahkan, yang membebaskan lelakinya tidur dengan wanita mana saja asal ngga bawa penyakit dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab terhadap anak istrinya. Aku ngga tau yang mana yang benar. Yang aku tahu, isi hati manusia, termasuk wanita, itu bagian yang sangat sulit ditebak dan dimengerti. Dan rasa lelah ternyata bisa mengatur semuanya. Aku beruntung bisa tahu mereka. -BAS-

Tahu Diri

Ujung pertemuan di Depan Rumah kemarin malam, satu poin yang mungkin bisa aku ambil kesimpulan. Seseorang bisa saja memilih mundur, atau bahkan tak menganggap serius, perasaan suka pada orang lain karena merasa orang tersebut berada di level yang jauh lebih tinggi darinya. Tahu diri, kata orang-orang. Ya, nyatanya yang kita butuhkan adalah tahu diri, bukan? Tahu bagaimana nyatanya diri kita sendiri. Bukan yang ditinggikan, apa lagi yang direndah-rendahkan. Jadi, kamu sudah tahu posisi kamu di mata orang yang kamu suka atau belum? -BAS-

Lewah

Kamu pernah menangis karena pikiranmu sendiri? Ga ada yang salah. Pikiranmu juga belum bisa dipastikan kebenarannya. Ga ada yang menyakiti kamu. Hanya pikiranmu sendiri saja. Ini sama dengan bunuh diri kah? Membunuh hati sendiri dengan asumsi-asumsi, mungkin? -BAS-

Pacu

Berkat momen-momen sekira sebulan ini, aku kembali sadar bahwa di sisi lain dari aturan-aturan dengan pemahaman konvensional di sekitar, ada wanita-wanita modern dengan cara-cara berpikir modern mereka masing-masing. Kekhawatiranku dikembalikan pada tempatnya, menyisakan tentang menjalani hidup sebagaimana ia mengalir saja. Bukankah berpindah fase hidup hanya tentang bertemu dengan permasalahan yang berbeda? Kenapa berburu-buru? Kenapa beradu-adu? Lalu, apakah harus? Katanya, kami hanya bisa menunggu. Tapi, kami juga bisa memilih kan? Memilih orang-orang yang datang, menunggu seseorang yang tepat. Artinya, kami bukan sama sekali tidak berusaha untuk mendapatkan yang baik. Tidak muluk-muluk karena tidak harus yang terbaik. Tapi sekali lagi, apakah aku harus? Bukankah kita hanya membutuhkan teman untuk melewati hidup? Menurutmu? Apa yang terjadi jika aku melewatkan salah satu? Satu kekhawatiran sudah kembali ke tempatnya. Tinggal melewati hidup sebagaimana ia mengalir saja. Mungkin saja

Scene Sekian

Alea dan Bagas, yang ngga pernah akur kalau lagi ngga ketemu. Ada aja bahan debat. Chat panjang, caps lock jebol, sederet tanda seru, telfon ngegas udah terlalu sering kayanya. Malam ini, Lea dibonceng naik motor oleh Bagas setelah ngga sengaja ketemu, setelah sekian lama sama-sama ngga ada waktu. Bagas: "Kamu ngga kangen?" Alea: "Kangen kamu? Kangen." Bagas: "Jauh amat. Ngga mau pegangan yang bener ini?" Alea: "Mau dipeluk? Bilang kali, ngga usah kode-kode." Bagas: (meraih tangan kiri Lea, lalu melingkarkannya di pinggang) "Ngapain bilang?" Lalu, mereka lanjut bercerita tentang apa saja. Tanpa caps lock, tanpa deretan tanda seru. -BAS-

Satu dari Empat

Empat belas hari. Aku kaget bukan main membaca kabar yang bukan dari kamu. Bahkan kabar persetujuan pun aku tidak dapat. Tapi yang dalam pikiranku, hanya masih belum percaya. Namun, tetap senang dan banyak berpikir bahwa akhirnya kamu bisa berakhir dengan pria pertama. Tujuh hari. Lelah memang hari ini. Mengusahakan orang-orang terdekat kita mendapat kabar memang bukan pekerjaan mudah. Tapi, banyak yang peduli sama kamu. Oh iya, kita jadi berkumpul lengkap lagi setelah sekian lama. Ditambah makan besar bersama-sama. Aku senang. Hari satu. Hey, kami sudah berputar-putar. Sudah berpusing-pusing sampai malam. Kalau yang dipikirmu hanya kurangnya, awas saja, ya! Hari nol. Melihatmu dari jauh yang sibuk bersalaman entah dengan siapa saja, kami banyak mengobrol. Kami numpang berkumpul di tempatmu, ya. Sudah lama tidak bertemu lengkap. Hehe. Mau tahu hasil obrolan kami? Yang pasti aku salut pada orang-orang sepertimu yang mampu dengan sangat berani mengambil keputusan untuk selama

Fiksi

Punya klien sekaligus temen jenius banget asli. Kagum banget, seneng banget. Diem-diem suka ngetes. Kali ini aku dilibatkan, makanya akhirnya tau. Belakangan nyari partner kerja yang kooperatif, profesional; bukan sok profesional (ini kata-kata dari dia yang aku baru tau kalau ternyata ada); dan yang pasti ga pernah nganggep main-main kerjaan yang dikasih gimanapun kondisinya. Iya, segitu aja syaratnya. "Tibang jago, mah, bisa dilatih," katanya. Semua kandidat ataupun orang-orang hasil rekomendasi bener-bener dites satu per satu; tanpa mereka tahu. Kadang biaya yang harus dikeluarin ga sedikit. "Gapapa, kan jadi dapet yang kualitasnya terjamin," gitu katanya. Selesai dites dan ketemu orangnya, rasanya jadi puas banget, sih. Sikapnya sesuai sama yang dia mau, asli, bukan pura-pura, buka sikap yang dibuat-buat demi lolos tes. Orang dalem pun ga ngaruh kalo udah dites sama dia. Sekalipun orang dalemnya adalah orang kepercayaannya. Keren beneran. Ngepost ini aku

Galur

Perihal menghargai sesuatu, setiap orang memang berbeda-beda. Bagi yang kesepian, beberapa pertemuan akan sangat berkesan; Untuk yang selalu merasa nyaman, setiap ganjal bawa kembali sadar; Mereka yang tak mudah mendapat informasi, setiap yang inderanya tangkap akan sangat berarti. Aku mau bercerita sedikit saja. Data-data yang setiap detiknya berubah sudah banyak aku temui. Dan aku tahu betul seberapa besar dampaknya meski sebegitu kecil ia berubah. Dari sana aku bisa menghargai mereka. Lelah mengolahnya. Lelah juga mengumpulkannya. Aku tahu. Sementara yang biasa atau dipaksa, mungkin bisa santai saja. Seperti seseorang yang merasa harus tetap ngobrol tapi tak ada bahan bagus. Lalu, jadi asal dikeluarkan dari mulut saja. "Cuacanya cerah, ya." Duarrrr! Petir menyambar. Hehe. -BAS-
Hey, aku rindu obrolan segar kita. Bawaannya  jadi selalu kesal saja. Maaf ya. Kita belum sempat berkeliling kota. Katamu, mau memenuhi keinginanku yang tak punya tujuan. Sekedar berjalan-jalan. Ingat aku tukang tagih, kan? Nanti, kalau Bumi sudah boleh beraktivitas lagi, utangmu aku tagih ya. -BAS-

Bukan Rapunzel

Wahai, pria berkuda putih. Barangkali di balik semua yang tertutup padaku bukan sesuatu yang kamu harapkan; bukan semua hal yang kamu pikirkan. Yang mungkin tentang rambut panjang dengan segala kepolosannya. Mungkin aku akan membawamu bertemu dengan teman-temanku selain keluargaku yang sudah pasti. Terlibat dalam obrolan bersama mereka selain melihat caraku berinteraksi. Ngobrol ngalor-ngidul di beberapa cafe langganan, atau kemalaman karena main Uno atau Werewolf dengan banyak "sekali lagi"-nya. Atau hadirnya seseorang yang baru sampai di tempat janjian jam delapan malam walau sudah bilang "OTW" sejak pukul lima. Yang lalu mengajak pindah cari makan, kelaparan. Kadang-kadang, tapi sangat jarang, dilanjutkan mondar-mandir sendirian cari hotel karena malas pulang ke rumah setelah semuanya kenyang dan sudah ingin pulang. Ya, sendirian dan tahunya mereka aku sampai rumah jauh melewati jam malam. Lebih sering jadi sangat kesal karena harus pulang duluan gara-gara j

Randu

Hei, pria baik. Yaa, baiklah. Mungkin aku memang hanya mudah tersanjung dengan kebaikan orang lain saja. Tapi kali ini, akhirnya aku merasakan takut tidak bisa menemukan orang lain yang baiknya seperti kamu. Minimal baiknya seperti kamu dulu. Kalau lebih baik, kuanggap bonus. Namun untuk minimalnya saja aku takut tidak terpenuhi. Kamu pasti sadar sudah mengajarkan begitu banyak hal bahkan yang tidak diberikan oleh orang lain. Tapi tanpa kamu sadar, yang aku pelajari darimu justru jaaaauuuhhh lebih banyak lagi. Ah, tapi daripada jadi pikiran, sebelum kamu bertemu dengan wanita baikmu, aku tidak mau takut dulu, ya. Jangan salah sangka. Aku tidak mau menghalangi. Tapi aku boleh lebih banyak menyerap kebaikan kamu dulu, kan? -BAS-

Kicau

Notifikasi dari Twitter ga pernah muncul di status bar aku. Kayanya aku pernah salah pencet. Lalu, siang tadi sebelum mulai kerja lagi setelah istirahat, aku coba cek. Ada satu pemberitahuan. "Someone liked a Tweet you were mentioned in". Aku ga tau someone ini siapa dan tweet mana yang ia sukai. Setelah aku cek, aku kaget. Tweet dari kamu ternyata. Tweet 5 tahun lalu. Haha. Aku ketawa-ketawa aja dengan semua pikiranku yang bisanya cuma mengira-ngira. Itu siapa? Pacar baru kamu? Kamu lagi dikepoin. Haha. Selamat ya. Ikut senang kalau memang benar. Akhirnya aku jadi lihat-lihat Tweet kamu lagi. Yaa memang sudah aku duga, sudah lama tidak aktif dan tidak ada yang spesial selain satu-dua Tweet yang buat aku terenyuh meski tidak ditujukan langsung padaku. Selebihnya biasa saja. Memang tidak ada yang diumbar di sana. Oh iya, selain Tweet yang seseorang itu sukai pastinya. Hehe. Omong-omong, aku benar-benar lupa apa yang terjadi di hari itu sampai kamu harus mi

Sekat

Beberapa waktu ini, banyak baca berita dan cerita tentang kejamnya manusia karena nafsu. Cerita-cerita yang ga pernah kepikiran sama sekali. Sebelumnya ga pernah nyangka kalo manusia ternyata bisa sekejam itu. Sialnya, sang korban ga sadar karena being abused by someone they love. Lalu manusia kejam ini makin mendapat tempat. Yang lainnya sengaja dibuat tidak sadar. Seram. Jujur, jadi makin takut sama dunia. Takut kalau nanti akan mengalami. Bahkan takut ga sadar kalau ternyata mengalami. Sedang aku ga pernah tau yang akan terjadi sama aku di masa depan. Aku ga pernah tau jalan cerita dari tiap-tiap dunia paralel yang nanti harus aku pilih. Selama ini, aku kira sudah cukup porsi percaya sama manusia yang aku batasi. Nyatanya, sekarang suka ga sadar kalo hubungan dengan manusia semakin menyempit. Suka ga sadar makin membatasi. Suka takut salah percaya orang. -BAS-

BINTANG : Intro

Hey, beri aku izin untuk bercerita tentang seseorang yang cukup menarik, di sini. Tapi, nanti dulu. Mungkin aku butuh beberapa hari hingga ceritanya sampai ke matamu. -BAS-