Posts

Showing posts from May, 2021

Kekar

Ketidaksengajaan dengar obrolan orang hari ini: X: "BMC apaan?" Y: "Rumah sakit. Langganan gua itu." Pikiranku: "Rumah sakit? Langganan? Langganan sakit juga dong? Terus dia bangga?"  Pikiranku juga beberapa detik kemudian: "Hey, hey! Bisa jadi langganan cek kesehatan, kan? Justru jadi kelihatan kalau dia sangat peduli sama kesehatannya, kan?" Menyenangkan memang sesekali mencuri dengar pembicaraan orang yang tidak dikenal. Tapi, kadang sulit untuk mengendalikan pikiran agar tidak berasumsi. Atau minimal, ya, berasumsi yang baik-baik saja. Benar juga! Yang begini-begini sering aku dapatkan saat sedang sendiri dan tidak melakukan apa-apa. Saat janjian, kadang aku terlalu bersemangat. Kadang terlalu inisiatif. Ada yang bilang mentalku sudah beda. Bukan lagi tipe yang menunggu lalu bilang akan menyusul nantinya. Salah satu faktornya mungkin karena aku bukan yang ada di kota basecamp . Dijanjikan sedikit saja, aku langsung fokuskan ke arah sana. Pada

Kembali

Aku mau ga lagi berpikir tentang "orang lain begini, aku begini; aku begini, orang lain begitu." Biar orang lain mau melakukan apa. Kalau suatu saat perbuatanku salah pun itu sepenuhnya karena ketidaksengajaan yang tidak seutuhnya dimaksudkan untuk salah, pun murni aku yang salah.  Aku hanya ingin punya niat baik, bukan niat balas budi, apalagi balas dendam.   Bismillah. -BAS-

Rapat

Aku mau bercerita pada kamu saja. Orang-orang terasa sangat pintar bercerita hingga aku tidak kebagian waktu. Sahut-menyahut beradu kata, sementara aku takut menyela. Di lain waktu, aku tidak sepenuhnya paham apa yang mereka bicarakan -- hanya bisa menebak-nebak. Aku mau bercerita pada kamu saja. Tentang semua yang terjadi selama seminggu tanpa orang lain sela dengan kata-kata kurang sedap -- yang padahal hanya tebakan; yang padahal bisa mereka tanyakan; yang padahal aku bersedia menjelaskan -- sementara aku belum selesai menceritakan semuanya. Aku mau bercerita pada kamu saja. Jarang-jarang kan aku bercerita? -BAS-

Tampak

Penghargaan sebagai pelengkap buku yang katanya untuk kenang-kenangan itu semakin menyadarkanku. Aku, dengan predikat sebagai seseorang yang tidak pernah dirasakan keberadaannya di kelas.  Bukunya sangat bagus. Sebagai salah satu sekolah unggulan di kota, buku kenangan yang dirancang pun tidak sembarangan. Tapi entah kini ia ada di mana. Aku juga tidak pernah tertarik untuk mencarinya. Begitu pula aku yang juga tidak tertarik memunculkan diriku sendiri di tengah-tengah masyarakat. Tak hanya di sana, predikat yang tidak jauh berbeda pun memang selalu aku dapatkan di tingkatan sebelumnya. Aku memang tidak terlalu antusias menampakkan diri. Aku memang cukup sering terlihat sebelumnya, tapi itu tidak pernah disengaja, hanya sebagai hasil yang mengikuti dari sesuatu yang aku dapatkan.  Keinginan untuk muncul pun semakin berkurang saat aku melihat orang-orang semakin hebat. Sementara aku,... begini saja. Aku selalu menghargai orang selalu sadar akan kehadiranku. Bahkan selalu meminta aku unt

Kapan?

x: "Kalo Dik Bertha, kapan?" y: "Nanti, Mas, belum punya apa-apa. Hehe." x: "Loh, kan cowo yang nyari." y: ... Beberapa peristiwa ditinggal membuatku sangat berhati-hati dalam menggantungkan kehidupanku pada seseorang. Apalagi kalau bukan hanya untuk masa kini, tapi selama sisa hidupku yang aku ga tau sampai kapan. Aku ga tau akan bertemu seseorang seperti apa di masa depan. Aku juga ga tau kehidupan di masa mendatang akan seperti apa dan apa yang akan terjadi. Bukannya tidak percaya, aku sangat percaya bahwa Tuhan-ku telah menyiapkan skenario terbaik untukku. Tapi menurutku, kita juga harus berusaha agar tetap bisa merasa baik walau apa pun yang terjadi, bukan? Paling tidak, agar tidak sampai menyalahkan Tuhan saat keadaan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Aku berpikir bahwa menjadi mandiri -- siapa pun kita -- adalah sebuah keharusan. Aku bisa membiarkan orang lain menjalankan kewajibannya kepadaku, aku bisa bermanja-manja, aku bisa saja terlihat s