Posts

Showing posts from 2018

NOL

Pada luang yang matikan hasrat Biarkan sel-sel berlogika-ria Menjemput ujung-ujung mistar Menyatukan bulir-bulir angka Pada buntu yang justru memupuk rindu Biarkan bayang mencari citra Padankan kata menyusun makna Atau merajut noktah merangkai pola Jangan lagi jeda untuk setiap tempo Tak akan ada jenak untuk setiap indera Dalam daya menumpas tresna Karena setiap kosong yang hingga Masih selalu berujung satu -BAS-

Manusia dan Laut

Manusia itu berbeda-beda. Ada yang terharu dengan bisikan laut tenang dan syahdunya angin pantai yang melambaikan daunan nyiur. Ada yang bisa terpikat hanya dengan ombak-ombak kecil yang mudah ditemukan namun tak banyak dibahas orang. Ada yang baru bisa terkesan dengan deburan ombak-ombak tinggi dan angin menuju badai. Ada juga yang hanya ingin menikmati apa pun yang terjadi. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Paket Hadiah

Sedikit tidak adil memang, kalau hanya karena satu orang, kemudian sikapku bisa berubah pada semua orang. Aku pernah dikirimi hadiah oleh seseorang yang setelah aku buka ternyata berisi bunga busuk. Sejak saat itu, aku membuang semua paket kiriman maupun surat untukku tanpa pernah membukanya terlebih dahulu. Entah akan berlangsung sampai kapan. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Romantisme Masa Muda

Seseorang bilang bahwa orang-orang sedang membutuhkan romantisme masa muda. Awalnya aku mengiyakan. Tapi belakangan aku sadar. Beberapa dari mereka bukan sedang membutuhkan romantisme masa muda. Hanya sedang tidak ingin merasa disakiti. Dan diakui bisa jadi salah satu cara bagi mereka untuk menghindar dari merasa disakiti. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Bogor

Bogor itu semua tentang kalian. Tentang kamu berdua. Aku bisa apa untuk lupa? Sedang semua yang ada bersamanya tak hanya mengaliri otak. Mereka juga mengisi hati. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Sangat Jauh

Malam kemarin, mimpi hadir. Kamu sudah sangat tua. Bukan tua yang biasa kamu maksud. Benar-benar tua. Rambut putih dimana-mana.  Dan aku merasa sangat jauh. -BAS-

Bersama Hati

Aku dan teman makanku malam ini ingin makan ditemani tahu goreng. Kami tulis angka dua di kolom jumlah pesanan. Mas pelayan datang. Kami menyerahkan kertas daftar pesanan kami. Ia membacakan ulang. Lalu berkata, "mohon maaf, mas, mbak, kami informasikan tahu gorengnya untuk satu porsi ada enam buah tahu. Mau tetap pesan dua porsi atau bagaimana? Saya konfirmasi, takutnya terlalu banyak." "Oh, yaudah satu aja mas," kami langsung menjawab berbarengan. Mas pelayan pergi. Kami membicarakannya. Katanya, masnya baik. Padahal rumah makannya bisa lebih untung kalau orang-orang yang tidak tahu seperti kami tetap membeli dua porsi. *** Bapak berjaket seragam memberi helm karena kegunaannya. Bukan karena ada polisi atau tidak. Bukan karena peraturan perundang-undangan. Bukan karena SOP perusahaan. Atau menjaga nama perusahaan. Bukan juga karena lewat jalan raya atau jalan kampung. Bapak berjaket seragam merasa bertanggung jawab. Helmnya membantu ia melaksanaka

Malam Ini

Aku takut pada malam ini. Takut pada bapak supir angkutan yang bilang aku cantik. Takut pada orang di sebelahku, yang menurutku duduk terlalu dekat.  Aku takut pada wajah tidak ramah bapak supir angkutan yang kedua setelah aku diturunkan karena angkutan yang pertama akan pulang. Pada penutup kepalanya juga. Takut juga dengan kebiasaannya meludah keluar jendela yang menurutku terlalu sering. Juga cara menyetirnya yang ugal-ugalan. Aku takut menunggu di depan sebuah mall yang sudah gelap dan sepi di hari yang belum terlalu malam. Aku takut jalanan gelap yang padahal selalu aku lewati. Aku juga takut udara malam ini yang terasa lebih dingin menusuk tulang, sementara tidak satu pun bintang terlihat. Dan aku lupa membawa jaket. Aku juga selalu sebal, dan takut, pada sapaan seorang bapak satpam di gerbang masuk kompleks perumahanku. Tapi sampai di rumah, aku sedikit terhibur. Beberapa bintang mulai terlihat. Termasuk si merah. Bulan sangat terang walau di bentuknya yang sabi

SEPINTAS MELINTAS : Saat Itu Seharusnya

Ternyata saat itu seharusnya aku berpikir lebih lama lagi. Lebih banyak lagi. Lebih matang lagi. Tidak terburu-buru. Dasar ceroboh. Ah, sudahlah. Kalau saat itu aku lakukan juga memangnya akan berbeda? Mungkin waktunya saja yang mundur. Atau bahkan sama persis? -BAS-

Screening Silang

Aku selalu membutuhkan orang lain untuk me- review setiap tulisan yang aku buat. Barangkali ada kesalahan penulisan ataupun format yang tidak aku sadari meski sudah aku cek beberapa kali. Screening silang yang dilakukan oleh dua orang atau lebih terbukti sangat efektif dan sangat perlu dilakukan. Terkadang otak kita membaca apa yang ingin kita baca. Bukan yang seharusnya kita baca. Bisa jadi karena terlalu familiar dengan kata-kata tertentu, otak kita akan otomatis membaca kata tersebut dan mengabaikan kesalahan yang mungkin ada. Apalagi kalau yang membaca adalah penulisnya sendiri, yang sangat tahu apa yang ingin ia tulis. Padahal di sisi lain, tangan kita juga bisa menulis tidak sesuai dengan apa yang otak kita inginkan. Perjalanan informasi dari otak ke tangan yang sangat panjang dan kompleks, fokus yang kadang teralihkan, alat yang digunakan kurang nyaman, atau alasan-alasan lainnya bisa membuat tangan kita tidak 'menurut' pada otak. Saat penulis melakukan sc

SEPINTAS MELINTAS : Satu Kata Positif

Kau tahu? Sejak beberapa waktu yang lalu, entah mengapa aku jadi sangat sensitif pada sebuah kata yang sebenarnya sangat positif. Daripada membenci seseorang, sekarang aku lebih takut kalau aku jadi memiliki tanggapan negatif pada satu kata positif ini. Terkadang, aku tidak bisa mengendalikan sisi negatifku. Sementara untuk satu kata ini, harus benar-benar aku kendalikan. Karena sudah kubilang, kata ini sebetulnya sangat-sangat positif. -BAS-

Obrolan Serius

Seorang pria datang, bercerita panjang lebar. Tentang kesehariannya memperhatikan seorang wanita. Ia tak peduli jika wanita yang sangat ingin ia lindungi sudah ada yang menjaga. Katanya, perjuangan memang tidak semudah itu, bukan? "Jadi penjaga tambahan untuknya pun aku tak masalah. Bagiku, ia memang wanita yang wajar disayangi banyak orang. Bagiku, ia sangat patut untuk dilindungi. Meski aku tak bisa selalu ada di dekatnya, paling tidak, aku tahu ia aman. Paling tidak, aku tahu hari ini ia tidak mengalami sesuatu yang buruk. Dan aku usahakan ada di dekatnya bila hal itu terjadi." "Bagaimana caranya kau tahu?" "Aku tahu caranya," ia tersenyum. Aku juga. Tertular. "Dan akan sangat senang kalau ia tahu bahwa ia benar aku lindungi," lanjutnya. "Ternyata orang sepertimu bisa manis juga," candaku agar obrolan tak terlalu serius tentang perasaan. "Awas. Nanti kau suka." "Hahaha. Tak akan." "Kau ju

SEPINTAS MELINTAS : Sayang

Aku masih sayang kamu, diriku sendiri. Jadi, berhentilah terus-terusan mengalah demi orang lain. Berhentilah terima-terima saja. Kamu sangat boleh marah. Dan jadilah bahagia. -BAS-

Tentang Pergi

Aku tetap pergi. Tapi, kamu tidak akan terima aku yang pergi tanpa menjelaskan apa pun, bukan? Dan kamu tetap akan sedih. Lalu marah. Apa pun yang aku katakan.  Kejadian sewajar apa pun, Landasan sebaik apa pun, Alasan semanis apa pun, Senormal apa pun kehidupan yang akan tetap berjalan, Ditinggal pergi tetap akan jadi peristiwa yang sangat tidak menyenangkan.  Jadi, untuk apa aku bersusah-susah membuat cerita-cerita lain? Alasan sebagus apa pun yang aku sampaikan, toh bagi yang ditinggalkan, kepergian akan tetap terasa menyakitkan. -BAS-

Bagian Keluarga

Memang menyenangkan merasa dianggap sebagai bagian dari keluarga. Keluarga yang baru, apalagi. Seperti wanita itu yang terlihat begitu gembiranya sekedar mendapatkan ucapan selamat dari ibu dan kakak kandung dari orang yang pernah mencintainya. Apalagi, saat ia dikirimi hadiah oleh keduanya. Terlihat jelas perasaan senangnya. Meski ia dan orang yang pernah mencintainya tersebut sudah tidak ada urusan lagi. Sama juga seperti aku ketika adik perempuan kecilmu bertanya "teteh, kapan main ke rumah lagi?" Juga saat ia dan ibumu mengucapkan selamat wisuda. Meski saat itu, sekedar kamu dimana pun aku sudah tidak tahu. -BAS-

Protes

Sepertinya para orang tua memang harus paham tentang psikologi. Agar tak gampang menghakimi anaknya sakit karena sedang ada masalah dengan orang lain. Pun kalau benar, agar tak mudah memarahi anaknya yang sedih dan sedang berjuang untuk melupakan masalahnya serta berusaha kembali ceria. Mudah bukan mencerca dengan 'segitunya'? Mudah bukan memaki dengan 'emang sehebat apa sih orangnya'? Bukan dukungan yang ia dapat, justru membuatnya lebih terpuruk.  Padahal aku selalu bilang 'iya, nangis dulu aja gapapa' pada orang yang datang bercerita dengan air mata. Memang membuat air matanya tambah deras. Tapi setelah itu ia lega. Lalu bisa dengan lapang menerima nasihat yang diucapkan tetap dengan lembut dan tidak merasa disalahkan. Bukan membuat ia menangis karena semakin merasa ditekan. -BAS-

Cerita Seorang Pelayan Restauran : Ada Apa-apa

Waktu hampir Maghrib saat seseorang masuk melalui gerbang restauran. Menghampiri kami dan memesan semangkuk es krim vanila. Aku perhatikan, ada sedikit lecet di ujung mata kanannya yang kelopaknya sepertinya mulai sedikit membengkak.  Selesai memesan dan menyelesaikan pembayaran, ia memilih tempat duduk tak jauh dari kami. Lalu seperti pelanggan kebanyakan yang datang sendiri, sibuk dengan telepon genggamnya. Begitu pula setelah kami mengantarkan pesanannya. Oh, ya. Ia sempat meminta cukup banyak lembar tissue . Ia gunakan untuk menekan kelopak mata bawahnya beberapa kali. Bergantian kanan dan kiri. Entah apa tujuannya. Sekitar satu jam kemudian, seseorang datang dan menghampirinya. Aku mencuri dengar pembicaraan mereka. Meskipun tidak terlalu terdengar. Kira-kira begini percakapannya. Oh, ya. Aku tidak tahu nama mereka. Sebut saja orang pertama adalah A dan orang yang baru datang kita sebut B. B : "Haaiii" A : "Halloooo" B : "Sendiri?"

Raja yang Diharapkan

pagi cerah langit menangis semalaman mengiringi hati yang berduka atas kehilangan yang tak pernah terkira masih tersisa udara dingin menusuk meski hingga setiap ruang kosong terlampau menusuk hingga void ikut bergetar merah jingga muncul venus tetap mengiringi raja dari yang diharapkan hadir merambat mengisi langit aku senang saat kau ada dan selalu mendambakan kehadiranmu namun benci kala sinarmu terlalu menyilaukan terang, terik, menembus kornea namun jangan terlalu lama pergi kau akan tetap jadi raja yang selalu diharapkan oleh hati manusia dari kehilangan yang tak pernah ia kira membangun kembali harapan yang hilang bersama dinginnya langit malam kala hujan -BAS- *repost karena terhapus

SEPINTAS MELINTAS : Penjelasan

Aku bersedia berbicara berulang kali sesuatu yang intinya sama pada orang yang sama sampai lawan bicaraku benar-benar mengerti apa yang aku maksud. Meski aku harus memutar otak berulang kali mencari cara dan kalimat lain agar ia mengerti. Seperti saat kemarin aku menanyakan sesuatu pada Abang. Seperti saat kemarin aku harus menjelaskan sesuatu pada Bapak klien, bahkan melalui sambungan telepon sekalipun. Tapi percuma, bukan, menjelaskan sesuatu pada orang yang memang tidak mau mendengar apa pun yang kita jelaskan? -BAS-

Alarm-alarm Pengingat

Tadi siang, teman lamaku menghubungi. Teman selama empat tahun aku di kampus dulu. Kami tidak begitu dekat. Sangat jarang duduk bersama untuk sekedar ngobrol . Sejujurnya aku tidak percaya diri saat aku ada di dekatnya. Minder . Tapi saat melihatnya, aku ingat kebaikan. Aku percaya diri. Allah sayang aku. Sejak kecil, aku selalu dipertemukan dan berteman dengan orang-orang yang berpikiran terbuka. Sangat terbuka hingga kami bisa membahas apa saja dalam obrolan kami. Dari sesuatu yang sangat sederhana hingga yang terlalu kompleks. Beberapa tak peduli kata tabu.  Tapi di saat yang bersamaan, aku juga dipertemukan dengan orang-orang yang mengajakku kembali. Sehingga aku tidak berpetualang terlalu jauh. Cukup saja untuk memperluas pengetahuanku. Untuk sedikit membuka pikiranku. Cukup saja agar aku sekedar tahu.  Mereka tidak mengajakku secara langsung. Hanya perlu melihat mereka saja, dan aku segera tahu bahwa petualangan dan pencarianku jangan sampai terlalu jauh. Ada pet

Bangga

Aku selalu ingin menghargai dan mendukung setiap pencapaian-pencapaian positif yang ada di sekitarku. Pencapaian orang-orang, pencapaian kota tempat aku tinggal, lahir, sekolah, atau bekerja, apalagi pencapaian negaraku tercinta. Tapi meminta izin di tempat kerja untuk sebentar saja melihat langsung Torch Relay Asian Games yang melewati jalan raya yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat kerja ternyata tidak bisa semudah itu. Sedikit kesal. Aku hanya bisa mendengar kemeriahannya dari kejauhan saja. Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa berbuat lebih. Tapi yang membuatku lebih kesal adalah ada orang yang berkomentar "ya ngapain  nonton juga, sih ? Cuma begitu doang " sewaktu aku bercerita. Hak dia juga, sih , untuk berkomentar. Hak dia juga memutuskan untuk menonton atau tidak. Toh , dukungan juga tidak harus ditunjukkan dengan melihat langsung. Tapi tidak dengan komentar " bikin macet doang ", kan ? Aku sangat bangga saat kotaku, Bogor, dinobatkan sebagai kota

Tentang Opini, Latar Belakang, dan Kemerdekaan

Sabtu pagi tanggal 18 Agustus 2018. Satu hari setelah hari kemerdekaan negeriku tercinta, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke-73. Sepanjang pagi ini, aku hanya bersantai-santai di kasur. Mungkin akan jadi sepanjang hari. Sarapan pun aku lupa. Tak ada yang mengingatkan. Ibu sedang sibuk bersama ibu-ibu komplek, sedangkan Bapak sibuk mengurusi mainan-mainannya di luar. Seisi rumah sudah dibereskan dan dibersihkan. Pun hari libur adalah waktunya untuk bersantai bukan? Walau senin nanti aku harus presentasi, melaporkan, dan berdiskusi dengan tenaga ahli sementara ada beberapa perintilan dari pekerjaanku yang harus aku bereskan. Nanti saja. Tapi bersantai bukan berarti tidak melakukan apa-apa. Ada dua hal berarti yang aku lakukan pagi ini. Yang membuka pikiran. Dan bisa dibilang berkaitan dengan kemerdekaan. Pagi ini aku buka dengan membaca sesuatu yang memang selalu aku baca dan mulai menjadi rutinitas harianku beberapa minggu ini. Belum setiap hari, sih . Tapi sering. Sesuatu

SEPINTAS MELINTAS : Janji

Sepertinya, bulan ini aku akan mengatasi komedo dan rambut rontokku sendiri saja. Aku sudah janji pada diriku sendiri. Dan aku tak mau lagi terima janji yang tidak ditepati.  ... Itu juga janji. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Gantung

Kata orang, saya mandiri. Nyatanya saya tetap butuh minimal satu orang untuk bergantung. Sangat bergantung. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Bodoh

Nyatanya, hal-hal yang kita anggap bodoh dan tidak akan terjadi seperti itu emang benar-benar ada di sekitar kita. -BAS-

Semoga Tidak Kecewa

Nak, mimpimu sejak kecil sudah tersedia membentang di depan matamu, padahal. Kamu sendiri yang memutuskan untuk melepaskannya saja. Dengan berbagai pertimbangan, pastinya. Aku tahu belakangan kamu berpikir banyak. Sampai seharian di kantor hanya kamu gunakan untuk tidur. Tak peduli atasan di sampingmu, kau tetap menundukkan kepala bersandar pada meja. Sampai masuk angin kamu jadikan alasan saat meminta ibumu membalurkan minyak di tubuhmu demi kau merasa lebih baik. Kau sudah putuskan. Semoga kamu tidak kecewa. Nak, sesuatu terjadi pada cintamu. Lagi. Kau juga sudah pikirkan. Kau sudah membaca tanda-tandanya. Kau terjebak lagi. Padahal kamu sudah mewanti-wanti dirimu sendiri. Kau terjebak lagi. Karena itu kau sangat ingin bicara. Sangat ingin dijelaskan. Tapi kamu belum diberi waktu. Semoga kamu tidak kecewa lagi. -BAS-

Ya kan?

Kau menangisi apa? Cengeng! Buat apa? Kau kan cuma benci dirimu sendiri. Aku kan sudah bilang, belajar dari pengalaman! Dasar bodoh! Dia kan pernah bilang, cinta tanpa alasan juga bisa pergi tanpa alasan. Kau juga kan punya jawabannya. Kenapa tidak pernah keluar dari mulutmu? Kenapa juga tak kau tanamkan di otakmu lah minimal. Tanamkan! Cinta yang beralasan juga bisa dengan mudahnya pergi kalau alasannya sudah hilang kan? Atau menemukan alasan lain di orang lain? Atau menemukan alasan baru dalam dirimu? Alasan untuk memutuskan pergi. Katanya, niatnya baik kali ini. Siapa yang peduli? Yang ada di otakku, kau bodoh! Terserah lah. Aku sudah ingatkan. Silahkan menjadi tegar dalam kebodohanmu, wanita muda! -BAS-

Mood

Ada yang membuat saya senang, akhirnya. Hanya pernyataan sedikit. Sekilas saja. Tapi cukup. Terima kasih, Baginda Raja. Katanya ketakutan itu asalnya dari pikiran kita sendiri. Tapi aku tidak tahu sedang takut karena hal apa. Lalu sangat ingin menyingkirkannya. Bagaimana, Paduka Raja? Ketakutan saya tidak berdasar.  Semalam saya tidak bisa tidur. Sedang rindu akan banyak hal. Akhirnya memikirkan terlalu banyak hal. Yang akhirnya membuat sedih sendiri. Lagi-lagi dibuat sendiri. Ah, pagi-pagi begini, saya sudah kesal. Sangat kesal. Tapi tidak tahu kenapa. Ada hal tidak biasa dari Anda yang membuat saya sangat kesal. Padahal saya pikir mungkin penyebabnya justru dari saya. Mungkin saya salah bicara. Maafkan saya, Yang Mulia Raja. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Basa-basi

Diam itu emas. Dan basa-basi itu perlu. Tapi aku lebih memilih diam. Aku akan  kembali memilih diam. Apalagi setelah terlalu banyak pertanyaan basa-basi yang terlalu basa-basi keluar dari mulut, belakangan. Yang kadang membuat aku sendiri terlihat bawel tidak berguna. Kadang bahkan terlihat sangat bodoh. Kau kan tahu, aku lebih besar kepala bila dipuji pintar dan berguna daripada cantik. Ya, tulisan ini juga cuma basa-basi, yang terlalu basa-basi. -BAS-

Si Penemu

Peduli itu hanya tentang rasa atau tindakan? Tapi, rasa tanpa tindakan pun terasa kurang lengkap, bukan? Adalah si peduli, yang selalu berhasil menemukan sesuatu yang orang lain tidak temukan. Aku tidak bilang 'tidak bisa temukan'. Ia yang selalu tanpa ragu menunjukkan kepeduliannya pada siapa pun. Bahkan pada apa pun. Tanpa pilih-pilih. Salut! Karena ada orang lain, yang sama pedulinya, namun terlalu segan untuk menunjukkan. Apalagi bertindak. Tidak bisa disalahkan. Karena faktornya pun sangat beragam. Menemukan sesuatu itu bukan hal yang mudah bukan? Tidak bisa begitu saja. Berapa persen penemuan yang terjadi karena kebetulan? Kadang yang kebetulan pun didahului usaha yang tidak mudah di awalnya. Itulah mengapa seorang penemu begitu dihargai. Semoga ia, si teman sejati, bisa menjadi penemu banyak hal lain lagi yang orang lain tidak bisa temukan. Yang bahkan orangnya sendiri pun tidak bisa menemukan. -BAS-

Terlalu Mudah

Perempuan ini lebih memilih jalan memutar untuk pulang, malam ini. Ia tidak kenapa-kenapa. Tidak ada masalah. Hanya sedang memikirkan sesuatu. Ia tidak terlalu mudah mengucapkan 'kangen', bukan? Entah. Ia sedang rindu banyak orang, belakangan. Beberapa ia ungkapkan. Beberapa lainnya ia biarkan saja disimpan sendiri. Perempuan ini sudah terbiasa menyimpan rindu sendiri. Jadi, ia tidak terlalu mudah mengucapkan 'kangen', bukan? Lalu terpikirkan sebuah pertanyaan. Kelanjutan dari yang ia pikirkan kemarin. Jadi kalau ia menulis, apakah itu berarti dirinya sedang merasa pendapatnya sedang tidak didengarkan? Hmm, tidak selalu begitu, sepertinya. Kadang ia hanya merasa tidak bisa menjelaskannya secara lisan saja. Tulisan selalu bisa diandalkan. Kecuali jika tak ada tempat untuk penjelasan secara tulisan. Seperti saat ia bilang bahwa ia ingin pulang, misalnya. Saat itu sangat sulit. Tapi yang ia pikirkan hanyalah bahwa ia harus melisankannya. Tak ada cara lain. Da

Bapak-bapak Berjaket Seragam dan Hujan yang Mulai Turun

Aku sedang kesal dengan langit. Kenapa tadi cerah-cerah saja lalu tiba-tiba hujan mulai turun di waktu yang sangat tidak diharapkan? Dan bapak berjaket seragam terlalu banyak bertanya. Aku tidak takut hujan. Tidak masalah bapak membawa jas hujan atau tidak. Kalau bapak yang tidak mau hujan-hujanan, bisakah langsung dibatalkan dari sistem bapak saja? Supaya saya tidak menghabiskan waktu dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan bapak dan bisa segera mencari orang lain. Sebelum hujan semakin deras. Lalu bapak-bapak berjaket seragam kemarin seolah justru malah sengaja mengulur-ulur waktu saat aku menunggu di bawah gerimis dan khawatir hujan semakin deras. Kemarin, sepertinya mereka sedang kompak membuatku kesal dan tak suka menunggu. Dan di saat seperti itu, aku tak bisa benar-benar marah. Hanya ketus sedikit, lalu tak tega, kembali tersenyum, dan memberi ongkos lebih demi terlihat tidak marah. -BAS-

Rahasia

Apakah orang lain pernah berpikir tentang orang-orang yang suka ke tempat makan meski tak suka makan? Beberapa tak pernah bisa menghabiskan makanan yang dipesannya. Tak begitu peduli dengan cita rasa menu khas di setiap tempat makan yang ia kunjungi. Tak memanfaatkan jaringan internet yang biasanya disediakan secara gratis atau fasilitas lainnya. Atau orang-orang yang suka ke perpustakaan meski tak begitu suka membaca. Tak membaca habis satu buku yang dipilihnya. Tak membawa pulang satu buku pun. Juga tak memanfaatkan jaringan internet ataupun fasilitas lainnya. Kalau ku pikir kembali, memangnya aktivitas kamuflase apa lagi yang bisa dikerjakan dengan duduk menyendiri di suatu tempat di luar rumah selain makan, membaca, dan memanfaatkan jaringan internet gratis? Ada juga yang suka bepergian meski ia tak tahu pergi kemana hanya untuk berdiam diri di angkutan umum dan tidak melakukan apa pun. Orang introvert memang begitu, bukan? Ah , itu rahasia. Jangan beri tahu orang lain

Ketakutanku

Aku bukannya menarik diri. Aku bukannya tidak ingin menghubungimu. Aku bukannya tidak ingin menjelaskan. Aku bukannya tidak ingin memperbaiki hubungan. Aku bukannya memutus komunikasi, apalagi silaturahmi. Aku hanya takut menerima kenyataan bahwa aku terkesan terlalu memaksa kamu yang ternyata tidak ingin bertemu denganku lagi. Terserah apakah karena orang lain, atau karena pandangan-pandanganku yang menyakitimu atau menurutmu bisa menyesatkanmu, atau karena sifat-sifat burukku yang kau takutkan akan berdampak buruk padamu. Entah. Kamu lebih paham ilmunya. *** Kamu tetap aku anggap orang terdekat. Banyak cerita yang siap tumpah jika nanti kita benar-benar bertemu kembali. -BAS-

Anak Panah

Beberapa anak panah dilontarkan satu per satu. Bergantian. Tanpa tujuan. Tidak diarahkan ke target mana pun. Hanya dilontarkan tinggi ke langit. Lalu dibiarkan kembali jatuh ke Bumi. Mungkin coba-coba. Mencari anak panah terbaik untuk tujuan yang baik. Lalu seseorang kembali pada anak panah yang baru saja dilontarkannya. Baru saja jatuh terpuruk kembali ke Bumi. Seseorang itu meraihnya. Anak panah takut. Akankah ia diarahkan ke target, atau hanya kembali dilontarkan ke langit luas lalu dibiarkan menghantam Bumi? Siapa yang tak benci ditinggikan untuk kemudian dibiarkan jatuh kembali? -BAS-

Sang Pencari

Wajahmu lebih cerah sekarang. Pembicaraan kita tak seringan dulu. Matamu lebih bersinar sekarang. Membuatmu tertawa tak semudah dulu. Kau bergegas pergi sebelum bulan semakin tinggi. Menyiapkan diri untuk segera terlelap. Agar bisa segera bertemu matahari esoknya. *** Terang kini yang kau cari. Sedang aku masih suka deretan cahaya merah saat aku menyusuri jalan. -BAS-

04 JULI

Entah kenapa tanggal ini selalu menyedihkan. Aku ralat, tidak selalu. Baru dua kali selama tiga tahun terakhir. Jika nanti muncul kali yang ketiga, maka aku akan segera mencap ini sebagai tanggal yang paling menyedihkan. Keduanya membuatku sesak. Keduanya membuat aku tidak sanggup berkata. Membuat suaraku bergetar. Dua tahun lalu, aku kehilangan seseorang yang sangat berharga. Yang setelah bertahun-tahun aku jaga perasaannya, lalu aku merasa terkhianati. Membuatku terpuruk berbulan-bulan. Setelah beberapa lama, sepertinya bagian dalamnya ternyata tak seburuk itu. Di tahun ini, aku kembali kehilangan sesuatu. Sesuatu yang aku panggil keluarga kedua. Dimana aku lebih banyak menghabiskan waktu dalam sehari. Tapi justru karena proses kehilangan tersebut, aku jadi tersadar bahwa di luar sana masih ada orang-orang yang melihat sisi baik dari orang lain. Walaupun sedikit tersembunyi. Meski kini aku kembali harus jauh dari mereka setelah baru saja aku temukan. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Darah Bintang

Cancer-O. Mereka sangat pandai mengembalikan Taurus-B yang serba tidak-enakan benar-benar menjadi Taurus-B yang seharusnya. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS: Anjing Baru

Dari lorong sebelah, aku mendengar seorang temanku berbicara pada temannya. "Lu tau ga kalo gua punya anjing baru?" Dalam hati, aku menjawab. "Aku tidak tahu. Yang aku tahu, kamu punya pacar baru." ... Tunggu! ... Baiklah -BAS-

Belakangan

Belakangan, sepertinya aku terlalu sibuk. Terlalu menyibukkan diri, maksudku. Hingga aku tak tahu kabar orang-orang. Hingga orang sebelah hanya aku sapa sesekali. Hingga seseorang terus marah-marah karena pesannya hanya aku baca.  Seseorang yang lain sampai memaksaku menemaninya pergi hanya agar kami bisa ngobrol seperti biasanya. Tentang keluarganya. Tentang teman-temannya. Tentang keluhan-keluhan sebagai sesama anak sulung perempuan. Bahkan sampai ada tanggung jawab yang terlupakan. Hingga aku terlalu takut memeriksa aplikasi komunikasi di handphone -ku sendiri. Sesungguhnya sesibuk apapun, aku selalu punya waktu kosong. Di waktu itu aku berkeliling. Memeriksa orang-orang yang memang aku perhatikan. Dan di waktu itu pula, aku melihatmu seperti sedang tidak baik. Tapi aku percaya, bahwa aku bukan lagi yang kau kamu-kan. -BAS-

SEPINTAS MELINTAS : Berpikir

Sepertinya aku sudah memikirkan terlalu banyak orang beberapa hari ini.  Sama seperti post sebelum-sebelumnya, aku ingin bertanya. Bolehkah aku tidak banyak berpikir dan hanya melakukan saja apa yang harus aku lakukan? Bisakah? -BAS-

Biru

Perjalanan panjang hari ini sangat biru. Mobil-mobil di samping banyak yang biru. Celanaku biru. Papan penunjuk jalan juga biru. Langit sangat biru. Awan kelabu baru muncul menjelang sore. Airnya takkan turun di daratan, aku pikir. Perasaanku, hatiku juga biru. Aku hanya menatap langit. Seharian. Tertidur pun tidak. Lagu-lagu yang disetel untuk mencegah kantuk tak bisa membuatku ikut bernyanyi. Bergerak pun tidak. Tak seperti biasanya. Tontonan komedi sebagai selingan juga tak mengalihkan perhatian. Aku hanya memikirkan banyak hal. Karenanya aku biru. -BAS-

Kaki Salak ke Kaki Merapi

Salak ke Merapi. Sebuah jarak yang mengajarkanku banyak hal. Dari kaki-kakinya terbentang rindu. Membesar sekaligus mengecil dalam setiap jarak yang aku tempuh.  Rindu itu berbanding lurus dengan jarak dan waktu. Dengan semuanya adalah anggota bilangan cacah. Semakin besar jika jarak semakin panjang walau waktunya sama. Pun semakin besar jika waktu semakin lama walau jarak sama saja. Bagi sebagian orang, mungkin merupakan operasi perkalian. Bisa bernilai nol jika salah satunya nol. Namun bagiku, ia penjumlahan. Hanya bisa nol jika keduanya nol. Lalu kamu mempersilakan aku pergi jika aku ingin. Kelihatannya seperti itu. Tapi yang aku tangkap adalah kamu memintaku pergi. Sudah ku bilang. Pergi saja jika ingin pergi. Jangan meminta aku yang pergi.  Salak dan Merapi juga sudah mengajarkanku tentang perpisahan jauh sebelum ini. Tentang melepaskan dan melupakan, berdamai dengan perasaan, mereka bilang aku sudah lulus dengan baik. Hanya satu yang sampai sekarang belum bisa aku te

Kota Hujan

Seruan penduduk kota yang langitnya selalu ditutupi awan Mengeluh tak bisa ikut merangkai konstelasi Berseru rindu pada senyuman sabit Impian melihat meteor pun hanya menjadi angan Sudahlah, berhenti berangan-angan Aku tahu Kalau benar-benar mau, ia akan pergi sejenak dari kota ini Sebentar saja Lalu kembali rindu pada hujan deras di malam hari yang tak kunjung henti Membuat orang-orang sulit karena harus terjebak berjam-jam tanpa bisa kemana-mana Hingga akhirnya ia memutuskan menembus hujan Sampai di rumah dengan basah kuyup karena payung atau jas hujan saja tak cukup melindungi Ia segera membersihkan diri lalu tertidur lelap dilagui suara hujan Rencana malam ini batal Dan ia terbangun di pagi hari dengan sisa-sisa gerimis dari hujan tadi malam -BAS-

Ketika

Ketika seseorang mulai sulit ditemukan. Tak ada di tempat ia biasanya berada.  Ketika pembicaraan tak lagi menenangkan. Dan bantahan terasa menyebalkan. Ketika ia tak mau lagi bekerja sama mengobati rindu. Maka, kau harus segera bersiap untuk sesuatu, bukan? Aku sudah siap sejak awal, aku tahu. Sangat awal. -BAS-

Di Balik Punggung Bapak Berjaket Seragam

Perjalanannya cukup singkat. Tapi sangat banyak yang bisa aku pikirkan malam ini. Di perjalanan pulang, di balik punggung bapak berjaket seragam. Bahwa malam ini aku sudah terlalu mengantuk. Terlalu lelah. Hingga malas diajak bicara. Bahkan untuk memilih jalan sekalipun. "Terserah bapak saja," kataku. Bahwa aku sebal dengan kaca helm yang tak bisa dibiarkan terbuka. Yang menghalangi jalan angin untuk membasuh wajahku dengan uap-uap air yang ia bawa. Bahwa pertemuan malam ini terlalu kaku. Bahwa sesungguhnya aku benar-benar rindu. Bahwa sebenar-benarnya aku merasakan sedih. Bahwa sejujurnya aku sangat ingin tahu. Berusaha mencuri dengar setiap pembicaraan yang ada. Yang sepertinya tak melibatkan aku. Bahwa seseorang bisa tiba-tiba menjadi sangat menyebalkan hanya pada satu orang saja. Bahwa ada sebuah rahasia, yang sangat ingin untuk aku ungkapkan. Kami hampir sampai. Titik-titik air mulai mengetuk kaca helm yang akhirnya kubiarkan tertutup. Menyerah

Sedih

Kenapa rasa sedih bisa muncul tiba-tiba? Padahal kamu hanya baru saja mendengarkan satu lagu berulang-ulang. Lebih dari sepuluh kali mungkin. Memang lagu sedih. Tapi memangnya seberpengaruh itu? Padahal kamu pun tak tahu apa yang kamu sedihkan sekarang. Kata orang, mungkin kamu hanya sedang kesepian. Dan rasa sedih memang bisa tiba-tiba menghampiri siapa saja. -BAS-

Marahlah

Marahlah. Kau tahu rasanya ketika dadamu tiba-tiba terasa sangat sesak. Tenggorokanmu sangat penuh. Lalu energi yang kuat itu mendesak dan memenuhi rongga wajah antara hidung dan mata. Membuat keduanya terasa berair dan kepalamu menjadi pusing. Marahlah. Kau tahu rasanya ketika punggungmu menjadi sangat berat. Perutmu terasa mual. Tangan dan kakimu pun tiba-tiba bergetar hebat. Marahlah. Kau tetap menahan. Membiarkan dirimu merasakannya untuk beberapa saat. Lalu beberapa menit kemudian berusaha keras menarik nafas menenangkan diri. Selalu berhasil. Kadang cepat. Kadang butuh waktu yang sangat lama. Kadang perlu dibantu dengan pelampiasan. Kau hafal. Tampaknya kau terlalu terbiasa. -BAS-

Probation

Cerita seorang teman kepadaku. Kamu kerja dimana? Hmmm... Gimana ya? Aku masih probation . Sama orang-orang aku belum berani bilang kerja. Biasanya aku bilang kalau aku cuma magang. Takut sama ekspektasi orang-orang. Yah, namanya juga masih probation , anak bawang, haknya belum penuh. Gaji masih di bawah UMR. Uang lembur ga ada. Cuti ada, sih. Tapi cuma 3 hari. Sementara sebentar lagi Hari Raya. Perusahaan minta libur Hari Raya dipotong dari cuti. Hak-hak tunjangan lain sih sesuai kewajiban perusahaan yang diatur perundang-undangan. Mau minta hak yang lain-lain juga ga enak. Nanti dinilai banyak maunya. Kewajiban? Kerjaan? Tetap penuh, lah. Lebih, malah. Karena dari pekerjaan itu kita dinilai. Kalau dinilai bagus, disiplin, loyalitas ke perusahaan tinggi, menguntungkan perusahaan, produktivitas naik terus, baru bisa tanda tangan kontrak. Atau malah langsung karyawan tetap. Anggap saja sambil mengambil hati perusahaan. Tapi kalau dinilai ga memenuhi kriteria, gitu-git

Pelupa

Tahun lalu, bapak ojek online bertanya padaku. "Mbak, besok mulai puasa. Bolak-balik naik motor ke kampus ga apa-apa?" Lalu aku jawab dengan bingung, "ngga apa-apa kok, pak." Bapak ojek online bertanya lagi, "kuat, mbak?" Lalu aku makin bingung, "hah? Kuat kok, pak". Lalu baru tadi aku pulang naik angkutan umum dan melihat anak kecil dengan benjol memar besar di dahinya. Hal itu mengingatkanku pada kejadian berpuluh-puluh tahun lalu yang sangat berusaha aku lupakan. Aku memiliki adik laki-laki. Usia kami tak terpaut jauh. Hanya 1,5 tahun. Karena itu, saat kami masih kecil, kami sangat sering bertengkar Saat itu kami bertengkar di atas kasur. Benar-benar berkelahi mungkin. Yang aku ingat, saat itu aku sangat kesal. Dan saat ia berdiri berniat untuk melompat turun dari kasur, aku menendang kakinya. Ia terjatuh dari kasur dengan kepala terbentur ke lantai. Ia menangis sangat keras dan ketika ayah dan ibu datang, aku melihat dahinya dengan benjo