Terima Kasih, Kamu

Hai, kamu. Apa kabar? Seseorang baru saja membaca beberapa tulisanku tentang kamu. Ah, bukan. Tentang masa-masa awal kehidupanku tanpa kamu. Katanya, terasa sangat sedih. Aku jadi ingat masa itu. Mungkin memang sangat sedih untuk saat itu. Tapi yang kurasakan saat ini adalah perasaan sangat berterimakasih padamu. Biar bagaimana pun, perjalanan yang sangat panjang tidak mungkin tidak meninggalkan jejak kaki sama sekali.

Berkat kamu, aku terbiasa untuk menahan rindu untuk waktu yang lama. Tak merengek untuk langsung bertemu kala rindu datang. Meski aku tau, orang baru itu tak pernah membiarkan aku terlalu lama menahan rindu. Dan meski yang aku rasakan selalu rindu setiap hari. Selalu dilanda rindu meski di awal pagi saat semalam baru bertemu.

Berkat kamu, aku bisa melakukan semuanya sendiri. Aku bisa pergi kemanapun seorang diri. Tanpa harus bergantung pada orang lain. Tanpa perlu selalu minta ditemani. Meski aku tau, orang baru itu tak akan membiarkan aku pergi sendiri. Meski aku tau ia selalu bersedia menemani.

Berkat kamu, aku biasa mengurusi diriku sendiri. Bahkan membiarkan pikiran-pikiran dalam otakku tetap di sana. Tak perlu dikeluarkan. Biar menjadi konsumsi pikiranku sendiri. Tapi orang baru itu tak pernah membiarkanku diam. Hingga kini aku tak sependiam dulu.

Masih sangat banyak rasa terima kasih untuk kamu. Tapi sepertinya cukup itu saja yang aku sampaikan. Takut kalau terlalu banyak, aku justru jadi terlihat seperti membandingkan kamu dengan orang baru itu. Aku ingin berterimakasih karena kamu sudah hadir di kehidupanku lebih dulu. Karena jika tidak begitu, dengan dia yang begitu baik, aku takut justru akan semena-mena padanya. Terima kasih banyak sekali lagi.

-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia