Bulan di Balik Awan

Malam ini, bulan hanya menampakkan setengah wujudnya. Kenapa? Karena hanya itu yang ia mampu. Tak memaksakan untuk tampil seluruhnya. Ia bisa saja tampak bulat utuh, indah menawan, menerangi bumi dalam kegelapan. Namun sekarang bukan waktunya. Apalagi awan berusaha menutupinya. Ia tau waktu yang tepat. Waktu yang mendukungnya menawan tanpa terlihat sombong. Waktu dimana keadaanlah yang menunjukkan keistimewaannya, kehebatannya, tanpa diminta, ataupun dipaksa. Waktu saat ia bisa muncul perlahan di antara awan yang sedikit demi sedikit ditiup angin. Pihak lain yang tau pesona bulan dan membantunya menunjukkan pada saat yang tepat, tanpa bulan minta.

***

Hari ini seseorang disadarkan oleh gadis kecil dan ibunya. Sederhana saja yang mereka ajarkan. 
Pahami apa yang kamu katakan. Katakan apa yang kamu pahami.
Lebih sederhana karena merupakan materi yang baru seminggu lalu juga terus menerus disampaikan oleh seorang bapak yang ingin orang-orang serius dalam studinya.

Kenapa memaksakan terlihat hebat? Kenapa suka asal bicara? Kenapa memaksakan menjelaskan sesuatu yang kamu sendiri tidak paham? Dan yang paling penting, kenapa kamu tak paham dengan apa yang kamu sampaikan? Lalu dimana tanggung jawab kepada orang-orang terhadap apa yang kamu katakan?

Hal ini yang menjadikan seorang pemuda mengikuti jejak seseorang untuk lebih memilih diam, namun menjadi sangat mengagumkan di waktu yang tepat.

Terkadang, pengalaman dari orang-orang yang tak terduga justru lebih membekas dibandingkan nasihat, petuah, wejangan, atau apapun namanya dari orang yang kita anggap lebih mumpuni.

***

Malam ini, seorang gadis membiarkan bulan tetap sembunyi di balik awan. Orang-orang tengah mengabaikan bulan. Bagi mereka, bulan bukan apa-apa. Namun bila ada saat dimana orang-orang sadar kembali akan pesona bulan, gadis itu ada di balik peristiwa tersebut.

-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia