Satu dari Empat

Empat belas hari. Aku kaget bukan main membaca kabar yang bukan dari kamu. Bahkan kabar persetujuan pun aku tidak dapat. Tapi yang dalam pikiranku, hanya masih belum percaya. Namun, tetap senang dan banyak berpikir bahwa akhirnya kamu bisa berakhir dengan pria pertama.

Tujuh hari. Lelah memang hari ini. Mengusahakan orang-orang terdekat kita mendapat kabar memang bukan pekerjaan mudah. Tapi, banyak yang peduli sama kamu. Oh iya, kita jadi berkumpul lengkap lagi setelah sekian lama. Ditambah makan besar bersama-sama. Aku senang.

Hari satu. Hey, kami sudah berputar-putar. Sudah berpusing-pusing sampai malam. Kalau yang dipikirmu hanya kurangnya, awas saja, ya!

Hari nol. Melihatmu dari jauh yang sibuk bersalaman entah dengan siapa saja, kami banyak mengobrol. Kami numpang berkumpul di tempatmu, ya. Sudah lama tidak bertemu lengkap. Hehe. Mau tahu hasil obrolan kami? Yang pasti aku salut pada orang-orang sepertimu yang mampu dengan sangat berani mengambil keputusan untuk selama sisa hidup dalam waktu relatif cepat di antara kami yang pertimbangannya begitu banyak.

Mungkin ini hari terakhir kami bisa dengan sesuka hati masuk ke ruangan pribadimu. Membantu melepaskan beban di kepalamu dan berlapis penat di tubuhmu, menyingkirkan butiran yang melelahkan dan mengganggu gerak tanganmu, hingga memilihkan beberapa lembaran baru.

Kamu masih seperti itu. Kami memang sempat tidak yakin. Namun, doa terbaik selalu kami panjatkan demi kebahagiaanmu.

Oh iya, jangan seperti teman-teman kami yang lain -- yang akhirnya terus-terusan menanyakan hari menyusul setelah kamu mengalaminya -- , ya. Karena yang kami tau, kita selalu sesantai itu dan tidak pernah seburu-buru itu.


Salam sayang,
Yang selalu menganggapmu Sahabat.

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia