Paldu

Maaf kalau aku ternyata banyak bohong sama kamu. Maaf, tapi jujur, ga cuma kamu yang sering aku bohongi. Diriku sendiri pun ga jauh lebih banyak aku bohongi daripada kamu. 

Kamu pikir, aku secuek apa? Aku seolah bisa pakai baju apa pun yang aku mau. Terlihat cuek, ga memperhatikan penampilan. Padahal, penampilan itulah yang sudah aku persiapkan dari minimal satu hari sebelumnya, jika aku sudah punya janji. Aku juga sangat bisa kesal ketika ada yang tiba-tiba mengajak bertemu di luar atau tiba-tiba ada urusan yang menurutku penting. Bukan hanya karena aku butuh waktu karena perjalanan yang jauh. Ya, itu termasuk juga, sih. Tapi waktu untuk perjalanan itu juga semakin menegaskan bahwa aku ga bisa punya banyak waktu untuk lebih mempersiapkan diri.

Kamu pikir, aku se-percaya-diri apa? Aku bisa ga jadi masuk ke suatu tempat – padahal aku sudah di depan pintu – hanya karena aku mendadak ga percaya diri. Hanya karena aku melihat cermin di wastafel dekat pintu masuk, atau hanya karena orang yang datang bersamaku memintaku untuk masuk duluan. Jujur, kadang aku benci melihat wajahku di cermin. Bahkan, ketika ada masker sekalipun. Lalu, apakah aku se-ga-pantes itu untuk jalan bareng orang lain? Baik, aku jadi punya satu alasan lagi untuk minta maaf sama kamu.

Kamu pikir, aku semandiri itu? Aku hanya takut untuk minta tolong. Takut akan pikiran orang dan segala macamnya. Kamu pikir aku se-percaya-diri itu? Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menambah nilai untuk diriku sendiri. Pura-pura percaya diri. Kamu pikir aku secuek itu? Hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menyembunyikan ke-pura-pura-anku. Kamu pikir aku bisa semudah itu berpura-pura? Aku menulis ini di sebuah cafĂ©, sendiri, mendadak menutup laptop setelah paragraf ketiga dan pergi ke toilet karena ternyata bendungan di mataku tidak cukup tinggi. 


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia