Apa kabar hari ini?

Tulisan ini dibuat karena pertanyaan tiba-tiba si aa di sela-sela obrolan kesana-kemari kemarin malam di saat ngopi setelah ngeband. Aku suka ditanyai kabar. Ditanya bagaimana hari ini. Ditanya bagaimana perasaannya. Sebelumnya, si abang juga sempat ajak aku ngopi malam ini. Tapi aku sudah terlanjur janji sama si aa dan si kaka. Aku bukan orang yang selalu bisa cerita tanpa ditanya. Aku ga yakin semua orang mau tau. Ketika ditanya oleh orang yang sebenarnya mau aku sampaikan 1-2 cerita tentang kabarku, kadang aku terharu.

Gimana sepanjang hari ini, guys?

Si kaka diam. Jadi, aku saja yang mulai. Memecah kesunyian tiba-tiba setelah kami banyak tertawa. Aku bilang pagi ini aku galau.

Pagi ini aku dapat kepastian yang sebetulnya sangat ga mengenakkan. Mendukung pikiran selama ini bahwa aku bukanlah siapa-siapa. Bahwa kadang seseorang melakukan sesuatu hanya untuk berterima kasih karena perlakuan baik kita. Walau perlakuan yang menurut kita wajar, tapi begitu berharga untuk mereka. Dan mereka menghargai itu. Tapi mungkin caranya yang kadang membuat kita berfikir lain. Ini sudah aku antisipasi. Jadi, seharusnya ga terlalu jadi masalah. Ya, jauh lebih mending daripada sebelum-sebelumnya walau sempat menghentikan waktuku juga.

Di siang hari aku memaksakan diri untuk pergi ke luar. Kemarin aku sudah berencana mau pergi ke cafe books. Tapi cafe books yang aku mau ternyata penuh. Sempat menunggu beberapa saat tapi ga kunjung ada tempat kosong. Dan aku sudah lapar karena belum makan dari pagi. Sudah jam 3 sore. Jadi aku cari alternatif cafe books lain. Cafe booksnya menyenangkan. Sepi, cocok untuk baca buku yang aku bawa sendiri -- yang entah sejak kapan ga kunjung selesai karena belum aku lanjutin lagi. Tapi makanan dan minuman yang aku pesan jauh dari harapan. Yang akhirnya ga aku habiskan.

Sore hari, si aa chat. Cuma manggil nama. Aku bilang baru saja mau chat karena aku memang berencana segera pindah dan cari tempat kopi lain. Lalu aku tanya lagi dimana. Lama belum dibalas. Si aa dan si kaka satu kost-an. Mereka sahabat baik. Jadi aku chat si kaka juga, bertanya lagi dimana juga. Si kaka lagi di kost-an. Gatau nanti mau kemana-mana atau ngga. Si kaka tanya, si aa chat aku atau ngga. Aku bilang tadi chat, tapi belum dibales lagi. Ternyata mereka lagi ga bareng. Si aa pergi sendiri dari pagi. Ga lama, si aa bales chat. Ngajak ngeband. Sekaligus minta tolong buat dibookingin studio. Yang lain udah ok, katanya. Kami memang sudah ada rencana ngeband cukup lama. Tapi tertunda karena beberapa minggu ini, para perantau ini pulang bergantian. Studio sudah aku booking untuk jam 8 malam. Aku putuskan lanjut di sini dulu sampai jam 7 baru ke studio. Tapi akhirnya agak molor karena perut agak mual. Mengumpulkan energi dulu. Kayanya karena hari ini aku ga makan dengan benar.

Malam harinya seru. Aku datang paling awal seperti biasa. Jam 8 tepat, aku langsung masuk studio. Main-main gitar sebentar sambil nunggu yang lain. Ga lama, si aa nyusul. Setting alat dan lain-lain lalu sempat main 1-2 lagu. Oh iya, si aa juga bilang yang jadi ngeband jadinya bertiga aja. Si kaka datang paling akhir, seperti biasa. Kali ini aku putuskan cuma mau nyanyi aja. Sempat beberapa kali disuruh main gitar tapi aku gamau. Si aa dan si kaka eksplor yang lain. Jam 10 kami selesai. Kami putuskan untuk lanjut pesan kopi karena studionya satu area sama coffeeshop juga. 

Tapi ga sedetail itu yang aku ceritakan pada mereka.

Aku bilang kalau pagi ini aku galau. Mereka bertanya kenapa. Aku bilang bukan apa-apa. Lalu ditanya si aa lagi gara-gara apa. Perasaan kah? Atau bisa aja galau karena 'duh gelas miring nih' terus jadi galau seharian gitu. Jadi bahan tawa buat kami. Bagus dialihkan, pikirku. Jadi aku ga perlu menjelaskan apa-apa. Aku lanjut, di siang udah mendingan karena aku maksa pergi keluar. Sore makin mendingan. Dan di malamnya aku bilang "seruuu" sambil mengacungkan dua jempol.

Si kaka melanjutkan. "Duain", katanya sambil menunjuk aku. Pagi ini juga katanya dia galau. Waktu ditanya kenapa, dia bilang gelasnya hilang. Melanjutkan kasus gelas miring di galaunya aku. Siangnya mendingan. Sore makin mendingan. Malamnya "seruuu" sambil ikut gaya aku acungkan dua jempol. Oh iya, malam ini si kaka sering banget bilang 'duain'. 

Giliran si aa yang kami tanya. Paginya galau juga katanya. "Apa nih? Gelasnya kenapa nih," tanya kami langsung. Gelasnya kotor, katanya. Jadi galau karena ga bisa minum. Siangnya dia bilang panas. Hari ini si aa kerja. Foto-foto kesana-kemari. Sorenya ngopi. Malamnya "rada geser," katanya. Karena obrolan kami yang dari tadi ga jelas, pastinya. 

Obrolan tentang kegalauan akibat gelas masih berlanjut. Oh iya, perut aku udah ga begitu mual sejak aku sampai studio. Selesai ngeband pun kita sempat beli sate yang lewat. Jadi perut aku aman. Kami ngobrol sampai tengah malam. Sampai ditinggal barista pulang. 

Malam itu aku benar-benar lupa kegalauan di paginya. Ketika bersama orang-orang seperti mereka, aku cuma perlu menikmati momen, kan?


Note: masih suka dibikin ketawa sendiri kalo inget soca dinten dan cicekap


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia