Petunjuk Merah

Sekian lama ga nulis di sini, sempat ditanya kenapa lama ga nulis di sini, dan akhirnya kembali nulis di sini. Hari ini kayanya terlalu berarti untuk ga diabadikan lewat tulisan.

Aku ga tau kenapa tiba-tiba hari ini kamu begitu manis. Untuk seseorang yang amat berlandaskan logika, kamu sangat manis. Bahkan dari pagi kamu mulai dengan tulisan tentang embun, matahari, dan jingga yang memudar. Tetap diakhiri dengan bercanda tentang sakit perut padahal cuma makan cabe sedikit. Selalu bercanda, memang. Karena itu waktu itu aku pancing kamu dengan "kita ga pernah ngobrol serius."

Setelah itu, kita ga banyak bicara lagi hari ini. Aku sibuk dengan urusan-urusanku, lalu kita sama-sama kembali ke tengah. Aku dari barat dan kamu dari tenggara. Kamu sempat bertanya tentang angka kesukaan. Aku bilang angka 6. Entah. Hanya kepikiran itu. Tanggal lahir mungkin.

Kita kembali bicara setelah kamu beri kabar bahwa baru masuk di tengah. Di saat yang sama, aku juga baru sampai. Aku ngadu. Aku mabuk perjalanan. Lalu kamu bertanya sekiranya aku sudi untuk diantarkan ke tempat pemberhentian selanjutnya. Aku yakin kamu tau aku akan jawab apa. Dan kita singgah di tempat makan. Ga lama, karena aku mulai ga sanggup menahan gejolak di perut dan kepala.

Di perjalanan, ada banyak pertanyaan dari kamu. "Barang kamu di kamar banyak ga?" Aku jawab, "banyak". Selanjutnya aku ga dengar lagi kamu bilang apa. Cuma sekilas "... biar nambah banyak." Pertanyaan selanjutnya, "kamu punya wadah air ga?" Yang ada di pikiranku adalah baskom, ember, atau sejenisnya karena sebelumnya kamu kasih saran untuk rendam kaki di air hangat. Jadi aku jawab, "ga punya."

Kita sampai di tujuan akhirku hari ini. Seperti biasa, kamu tunggu aku sampai aku masuk pagar. Kali ini sambil buka bagasi motor. Jadi terlihat wajar karena kali ini kamu harus simpan helm yang hari ini aku pakai (yang kamu ambil begitu saja dari depan kamar teman di sebelah tanpa izin dulu) karena hari ini aku ga bawa helm. Aku masih sibuk buka kunci pagar yang memang agak susah, sampai akhirnya terbuka dan kamu panggil aku lagi. "Hei apa ini? Coba liat dulu. Ini buat kamu." Kamu mengeluarkan plastik hitam dari bagasi motor. Aku kira oleh-oleh rengginang gula merah yang pernah kamu janjikan akan bawa kalau di rumah ada, karena aku belum pernah coba. Aku kaget. Senang. Sangat kayanya. Isinya satu buket bunga mawar warna merah. "Liat ada berapa." Mataku sedikit melotot mungkin. "Ada enaamm!!"

Dan hari ini ditutup dengan kata-kata manis lagi dari kamu tentang dunia. Yang kemudian benar-benar ditutup dengan "geuleuh ga siii???"

Hari ini aku senang. Selanjutnya, tolong beri aku petunjuk-petunjuk lainnya. Petunjuk tentang segala kebenaran, yang bukan kebetulan.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia