Sekumpulan

Hari masih pagi dan aku baru selesai mengikuti briefing di hari kedua minggu ini setelah kemarin tak masuk kerja dengan alasan sakit (semua mungkin tahu bahwa itu bukan alasan sebenarnya) ketika teman sebelahku mulai bercerita mengenai kekesalannya pada seorang pria. Sesungguhnya ia tak bicara padaku. Aku kebetulan lewat dan ikut mendengarkan, ikut menanggapi, dan ikut kesal pada sosok pria yang ia ceritakan.

Tak berapa lama, teman dekatku menghampiri. Ia ingin bercerita. Lalu entah mengapa aku refleks duduk di bawah mejaku disusul oleh dia hingga kini kami berhadapan duduk di bawah meja kantor. Kursi tempatku duduk saat bekerja disingkirkan dahulu tak jauh dari sana. Aku mendengarkan. Setelah selesai, aku menanggapi "sepertinya hari ini adalah hari galau sedunia. Dia galau (aku menunjuk dengan dagu orang yang baru tadi bercerita setelah briefing yang sedang berdiri tak jauh dari kami, entah sedang apa), kamu galau, aku juga lagi galau."

Orang pertama yang tadi bercerita tak sengaja mendengar ucapanku. Lalu tiba-tiba dengan simpati bertanya "kamu kenapa?" Aku justru panik. Orang-orang mendengar. Semakin banyak yang bertanya. Aku semakin panik. Lalu memeluk teman dekatku yang sedang duduk di hadapanku di bawah meja untuk kemudian menangis. Semakin banyak yang simpati. Aku tetap tak berbicara apa-apa.

Keesokan harinya, orang di sebelahku dari sisi lainnya kini tak banyak bicara. Biasanya ia selalu menggangguku. Bahkan kini tiba-tiba menghilang saat jam makan siang. Saat kami bertemu lagi, aku bertanya, "kamu galau ya?" Ia jawab, "iya, aku seperti kamu sekarang."

***

Keluhan pertama : ada seorang pria yang sedang mendekatiku. Aku memberi lampu hijau. Kami semakin dekat. Tapi belakangan dia sering menghilang. Aku selalu dibuat mencarinya. Lalu setelah lama menghilang, muncul kembali tanpa rasa bersalah dan seolah tak ada yang terjadi. Sementara saat aku menghilang, dia mencariku kemanapun. Menghubungi dengan cara apapun. Saat kembali, ia menyudutkan dengan kalimat "kamu bosan ya?" Aku tak masalah ia pergi. Aku tak perlu dikabari 24 jam. Asalkan aku tahu kemana ia pergi kalau ia memang berniat untuk dekat denganku. Dulu pun aku tak masalah saat dia tak menghubungiku karena sedang dinas. Karena sebelumnya ia memberitahuku bahwa ia sedang dinas. Nanti dikabari lagi katanya. Kalau begini aku bingung apakah dia memang berniat mendekatiku atau tidak. Kalau tidak, aku akan menjauh. Tapi kalau aku menjauh, dia mencariku seperti kesetanan. Maksudku, jangan berlari untuk dikejar.

Keluhan kedua : pria yang dulu pernah mendekatiku, menghubungiku lagi. Dulu aku juga suka dia. Aku sangat yakin kalau kita saling suka. Tapi aku berusaha menjauh karena bermasalah dengan prasangka buruk dari orang-orang di sekitarnya. Ia menghubungiku lagi. Katanya ia akan pergi ke tempat perantauanku saat ini dan bersediakah aku menemaninya. Dia akan datang saat aku siap menemaninya. Aku tetap berusaha menjaga perasaan pacarku. Ia tahu bahwa orang itu menghubungiku lagi. Tapi belakangan ia sedang sangat menyebalkan. Maksudku, bisakah kamu menghargai sedikit saja usahaku yang sedang berusaha menjaga perasaanmu?

Keluhan ketiga : seorang pria mengatakan kepadaku bahwa ia jenuh. Katanya ia selalu jenuh dengan sesuatu yang mudah. Ia tak lagi merasa sedang mengejar seperti beberapa bulan lalu. Semudah itu kah? Maksudku, hey, jika memang aku harus membuatmu tetap merasa sedang mengejar sesuatu, ingatkah kamu bahwa ketika aku tidak memperhatikanmu sedikit saja (bukan 'tidak', tepatnya 'belum') kamu kecewa. Lalu menjadikannya alasan tambahan untuk segera pergi.

Keluhan keempat : ada pria yang sedang mengejarku. Sebenarnya aku juga suka dia. Tapi aku tak memberi lampu hijau. Aku berusaha untuk tak semudah itu. Lalu dia benar-benar pergi. Kata orang sebelumnya yang pernah aku ceritakan, "cowo juga realistis, kan?"

Lalu aku mendengar orang lain yang kebetulan sedang lewat berbicara, "ga mau jatuh cinta lagi ah. Ribet!"

***

Hey, apakah kaummu bisa bosan semudah itu? Atau apakah jalan pikiran kalian memang semembosankan itu?

Jangan terus-terusan mengumbar seolah wanita adalah makhluk paling tidak jelas sedunia kalau keluhan-keluhan di atas memang benar-benar nyata terjadi. Sepertinya kaum kamu terlalu termakan oleh meme-meme kacangan hasil judgement seorang pria yang kemudian disetujui dan disebarkan oleh pria-pria lain yang merasa mengalami hal serupa dan ditanggapi wanita dengan "apakah benar begitu?" lalu meratapi diri mereka sendiri tanpa perlawanan karena perasaan mereka yang sensitif.

***

Doakan semoga ini tulisan negatifku yang terakhir. Biar kusudahi saja semua basa-basi ini lalu segera pulang. Tak usah kau antar aku pulang karena aku bisa menjaga diriku sendiri. Lagi pula aku sudah main terlalu jauh. Nanti kamu disalahkan oleh orang rumah seperti orang sebelumnya yang pernah membawaku pulang begitu larut. Intinya aku tetap ingin agar kamu lebih baik. ... Ehem. Terdengar seperti omong kosong? Itu bukan omong kosong. Aku memang berpikir begitu dan sejujurnya aku sedang malas dengan omong kosong. Juga mulai bosan dengan omong kosong pria.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia