Di Balik Punggung Bapak Berjaket Seragam

Perjalanannya cukup singkat. Tapi sangat banyak yang bisa aku pikirkan malam ini. Di perjalanan pulang, di balik punggung bapak berjaket seragam.

Bahwa malam ini aku sudah terlalu mengantuk. Terlalu lelah. Hingga malas diajak bicara. Bahkan untuk memilih jalan sekalipun. "Terserah bapak saja," kataku.

Bahwa aku sebal dengan kaca helm yang tak bisa dibiarkan terbuka. Yang menghalangi jalan angin untuk membasuh wajahku dengan uap-uap air yang ia bawa.

Bahwa pertemuan malam ini terlalu kaku.
Bahwa sesungguhnya aku benar-benar rindu.
Bahwa sebenar-benarnya aku merasakan sedih.
Bahwa sejujurnya aku sangat ingin tahu. Berusaha mencuri dengar setiap pembicaraan yang ada. Yang sepertinya tak melibatkan aku.
Bahwa seseorang bisa tiba-tiba menjadi sangat menyebalkan hanya pada satu orang saja.
Bahwa ada sebuah rahasia, yang sangat ingin untuk aku ungkapkan.

Kami hampir sampai. Titik-titik air mulai mengetuk kaca helm yang akhirnya kubiarkan tertutup. Menyerah sejak tadi. Dan malam itu berakhir dengan perginya bapak berjaket seragam diiringi dengan hujan yang semakin deras.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia