Malang

Batu, dinginnya masih terbawa.

Perjalanan ke Malang mengajarkanku bahwa kalau bukan jodohku, mau bagaimana lagi? Pada kamu, yang bahkan pemandangan matahari terbit yang sangat aku cintai dan rindukan pun bisa teralihkan. Kamu tetap harus pergi bahkan ketika aku sedang tidak sadar. Baru kutahu belakangan bahwa ternyata kamu sudah menghilang.

Perjalanan ke Malang memberiku waktu untuk merenung bahwa tidak semuanya harus diungkapkan. Bahwa tidak semua yang disampaikan pun mampu menyelesaikan. Kamu tidak perlu tahu apa yang saat ini sangat mengganjal di hatiku. Nanti kita semakin rumit. Kamu hanya perlu tahu kalau aku sadar bahwa jatuh cinta pada siapa seharusnya tidak bergantung pada intensitas bertemu.

Malang mengajarkan juga kalau sesuatu yang diaggap menyenangkan oleh orang lain, belum tentu berlaku juga untuk kita. Ia juga menunjukkan bahwa tidak perlu ikut-ikutan standar orang banyak. Aku tetap harus memikirkan dan mencari tahu terlebih dahulu.

Malang juga menunjukkan padaku bahwa kejahatan yang aku janjikan padamu adalah kejahatan pada diriku sendiri. Tapi aku tidak menyesal dan justru bersyukur. Karenanya aku tidak sehancur dulu.

Malang. Perjalanan yang sangat panjang memberiku sangat cukup waktu untuk mengosongkan pikiran. Agar apa yang datang bisa lebih mudah kuketahui maknanya.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia