Klandestin

Hai, kamu yang selalu menempati urutan pertama pencarian otomatisku.

Tahu tidak? Jangankan dia yang jadi satu-satunya tempat berceritaku tentang kamu walau terkadang masih canggung. Sampai sekarang, aku sendiri pun tidak tahu keputusan apa yang sebenarnya ingin aku ambil. Mungkin menjalani saja hari demi hari dengan membuat-buat kesibukan. Membiarkan ia mengalir begitu saja. 

Namun ketika malam, saat punggung lelah dan kepala pening akibat kesibukan yang aku cari-cari sendiri menyentuh dipan, kamu selalu muncul. Bahkan walau bilik belum gelap.

Bahwa ada beberapa kata yang saat mendengarnya dari mana pun asalnya, aku selalu merasa khawatir. Yang akhirnya hanya bisa aku khawatirkan saja. 

Juga tentang pembelaan orang-orang untukku yang tetap aku biarkan berlalu. Tanpa masuk lubang telinga sekali pun. Bahkan kadang kesal saat mereka terus-terusan memojokkanmu. Mungkin mereka menyadari perubahan sikapku dan mulai ikut-ikutan kesal melihatku yang seolah tidak peduli pada diri sendiri. Ah, masa bodoh.

Kabar tentangmu jadi satu hal yang tak terasa selalu aku cari-cari. Dari mana pun asalnya. Walau kadang justru menambah sesak.

***

Dear, pembaca setiaku yang tinggal satu. Rahasia ini tolong dijaga, ya. Dia jangan diganggu.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia