Imbit

Maaf, dunia. Belakangan ini aku seolah sangat ga peduli sama kamu. Bahkan sesungguhnya aku menghindari kamu. Aku malas berkunjung. Sangat malas berinteraksi dengan semua yang ada di kamu.


Bagaimana bisa seseorang membenci orang lain (dan sesuatu) hanya karena imajinasinya sendiri yang tidak benar-benar terjadi? Memang atas dasar kejadian yang pernah terjadi. Namun, tidak pernah terjadi padanya, bahkan mereka pun sangat jarang ada kontak langsung.


Kalau seseorang ingin diperlakukan olehku seperti yang ia mau sampai ia marah-marah ketika semuanya tidak sesuai, sementara di lain waktu aku juga minta diperlakukan seperti yang aku mau, apakah itu termasuk dendam? Apakah aku bisa dibilang egois? Apakah aku bisa dibilang ga bisa dikasih tau yang bener? Boleh ga kalau aku bilang ia curang?


Sepertinya, sangat banyak yang aku mau. Terlalu banyak yang aku bandingkan dengan orang lain. Memikirkannya membuatku sesak. Lalu, ga ada yang bisa aku lakukan. Atau aku malah jadi malas melakukan apapun. Hanya tidur yang diusahakan lelap sambil menahan sesak. Itu pun kembali sangat larut setelah beberapa waktu lalu bisa lebih teratur. Berharap sesaknya sembuh di esok pagi agar bisa diburu-buru pagi. Melakukan hal yang itu-itu lagi.


Maaf dunia, belakangan ini aku acuh. Aku mau pergi dulu dari kamu. Biarkan aku di dalam kamar berhari-hari hanya untuk diam. Untuk berpikir apakah selama ini aku benar-benar bersalah pada dunia. Berpikir apakah selama ini aku menumpuk dosa pada dunia hingga aku berhutang padanya. Atau biarkan aku pergi ke suatu tempat. Ke dunia yang isinya tidak pernah aku kenal sebelumnya. Lalu kalau bisa, menemukan tujuan yang baru di sana.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia