Kapan?

x: "Kalo Dik Bertha, kapan?"

y: "Nanti, Mas, belum punya apa-apa. Hehe."

x: "Loh, kan cowo yang nyari."

y: ...


Beberapa peristiwa ditinggal membuatku sangat berhati-hati dalam menggantungkan kehidupanku pada seseorang. Apalagi kalau bukan hanya untuk masa kini, tapi selama sisa hidupku yang aku ga tau sampai kapan. Aku ga tau akan bertemu seseorang seperti apa di masa depan. Aku juga ga tau kehidupan di masa mendatang akan seperti apa dan apa yang akan terjadi. Bukannya tidak percaya, aku sangat percaya bahwa Tuhan-ku telah menyiapkan skenario terbaik untukku. Tapi menurutku, kita juga harus berusaha agar tetap bisa merasa baik walau apa pun yang terjadi, bukan? Paling tidak, agar tidak sampai menyalahkan Tuhan saat keadaan tidak sesuai dengan yang kita harapkan.


Aku berpikir bahwa menjadi mandiri -- siapa pun kita -- adalah sebuah keharusan. Aku bisa membiarkan orang lain menjalankan kewajibannya kepadaku, aku bisa bermanja-manja, aku bisa saja terlihat sangat bergantung kepada orang lain. Tapi aku harap, saat seseorang tersebut tak lagi ingin digantungi aku di kehidupannya, aku tidak harus mengemis-ngemis agar ia tinggal. Bahkan sampai mengorbankan harga diri saat ia mengajukan syarat demi memenuhi keinginan aku, yang hanya karena tidak tahu harus bergantung pada siapa lagi.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia