Tampak

Penghargaan sebagai pelengkap buku yang katanya untuk kenang-kenangan itu semakin menyadarkanku. Aku, dengan predikat sebagai seseorang yang tidak pernah dirasakan keberadaannya di kelas. 

Bukunya sangat bagus. Sebagai salah satu sekolah unggulan di kota, buku kenangan yang dirancang pun tidak sembarangan. Tapi entah kini ia ada di mana. Aku juga tidak pernah tertarik untuk mencarinya. Begitu pula aku yang juga tidak tertarik memunculkan diriku sendiri di tengah-tengah masyarakat.

Tak hanya di sana, predikat yang tidak jauh berbeda pun memang selalu aku dapatkan di tingkatan sebelumnya. Aku memang tidak terlalu antusias menampakkan diri. Aku memang cukup sering terlihat sebelumnya, tapi itu tidak pernah disengaja, hanya sebagai hasil yang mengikuti dari sesuatu yang aku dapatkan. 

Keinginan untuk muncul pun semakin berkurang saat aku melihat orang-orang semakin hebat. Sementara aku,... begini saja. Aku selalu menghargai orang selalu sadar akan kehadiranku. Bahkan selalu meminta aku untuk hadir. Tapi kini, aku harus minta maaf karena tidak dapat memenuhi permintaan mereka. Bukan karena aku tidak menghargainya, tapi aku semakin merasa tidak harus ada di tengah-tengah mereka.

Jadi, jika suatu saat aku seolah tidak ingin bertemu denganmu dan teman-teman yang lain, itu semua bukan salah siapa-siapa. Hanya aku saja yang minder. Lagipula, memangnya akan terasa bedanya?


***

Tulisan ini sudah beberapa kali diubah sebelum dipublikasi. Tapi kemarin dan hari ini, aku semakin merasa sebagai "si bukan siapa-siapa".


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia