Bukan Rapunzel

Wahai, pria berkuda putih. Barangkali di balik semua yang tertutup padaku bukan sesuatu yang kamu harapkan; bukan semua hal yang kamu pikirkan. Yang mungkin tentang rambut panjang dengan segala kepolosannya.

Mungkin aku akan membawamu bertemu dengan teman-temanku selain keluargaku yang sudah pasti. Terlibat dalam obrolan bersama mereka selain melihat caraku berinteraksi. Ngobrol ngalor-ngidul di beberapa cafe langganan, atau kemalaman karena main Uno atau Werewolf dengan banyak "sekali lagi"-nya. Atau hadirnya seseorang yang baru sampai di tempat janjian jam delapan malam walau sudah bilang "OTW" sejak pukul lima. Yang lalu mengajak pindah cari makan, kelaparan. Kadang-kadang, tapi sangat jarang, dilanjutkan mondar-mandir sendirian cari hotel karena malas pulang ke rumah setelah semuanya kenyang dan sudah ingin pulang. Ya, sendirian dan tahunya mereka aku sampai rumah jauh melewati jam malam. Lebih sering jadi sangat kesal karena harus pulang duluan gara-gara jam malam.

Yang aku maksud tentu bukan seorang sahabat atau sekelompok teman saja. Tapi beberapa kelompok agar kamu tahu bagaimana bedanya. Lalu tahu keseruan interaksi denganku yang bagaimana yang kamu inginkan; yang aku juga harapkan, pastinya.

Tapi, aku selalu berharap kalau keseruan itu sudah ada sebelum aku mempertemukanmu dengan mereka. Artinya, kamu tidak menjadi orang lain. Karena kalau kamu hanya menyesuaikan, suatu saat jati dirimu akan memberontak, bukan?


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia