Obrolan Serius

Seorang pria datang, bercerita panjang lebar. Tentang kesehariannya memperhatikan seorang wanita.

Ia tak peduli jika wanita yang sangat ingin ia lindungi sudah ada yang menjaga. Katanya, perjuangan memang tidak semudah itu, bukan?

"Jadi penjaga tambahan untuknya pun aku tak masalah. Bagiku, ia memang wanita yang wajar disayangi banyak orang. Bagiku, ia sangat patut untuk dilindungi. Meski aku tak bisa selalu ada di dekatnya, paling tidak, aku tahu ia aman. Paling tidak, aku tahu hari ini ia tidak mengalami sesuatu yang buruk. Dan aku usahakan ada di dekatnya bila hal itu terjadi."

"Bagaimana caranya kau tahu?"

"Aku tahu caranya," ia tersenyum. Aku juga. Tertular. "Dan akan sangat senang kalau ia tahu bahwa ia benar aku lindungi," lanjutnya.

"Ternyata orang sepertimu bisa manis juga," candaku agar obrolan tak terlalu serius tentang perasaan.

"Awas. Nanti kau suka."

"Hahaha. Tak akan."

"Kau juga banyak yang melindungi. Tenang saja."

"Ah, terserah," jawabku ketus lalu mengambil gelas di meja dan melanjutkan minum kopi.

"Hahaha. Kau ini. Selalu begitu."

Kopi yang sudah terlanjur di mulut segera kutelan. "Aku cuma ga mau terlalu PD," sahutku dengan gelas masih di tangan. Lalu kembali menyeruput kopi yang sudah tidak terlalu panas.

"Ya yaa. Aku tahu."

Lalu obrolan ringan berlanjut seperti biasa. Tentang bau hujan, warna tanah, Palung Mariana, sampai ring of fire. Ya, ringan. Kalau dilihat dari perasaan.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia