Bangga

Aku selalu ingin menghargai dan mendukung setiap pencapaian-pencapaian positif yang ada di sekitarku. Pencapaian orang-orang, pencapaian kota tempat aku tinggal, lahir, sekolah, atau bekerja, apalagi pencapaian negaraku tercinta. Tapi meminta izin di tempat kerja untuk sebentar saja melihat langsung Torch Relay Asian Games yang melewati jalan raya yang jaraknya tak begitu jauh dari tempat kerja ternyata tidak bisa semudah itu. Sedikit kesal. Aku hanya bisa mendengar kemeriahannya dari kejauhan saja. Mau bagaimana lagi? Aku tidak bisa berbuat lebih. Tapi yang membuatku lebih kesal adalah ada orang yang berkomentar "ya ngapain nonton juga, sih? Cuma begitu doang" sewaktu aku bercerita. Hak dia juga, sih, untuk berkomentar. Hak dia juga memutuskan untuk menonton atau tidak. Toh, dukungan juga tidak harus ditunjukkan dengan melihat langsung. Tapi tidak dengan komentar "bikin macet doang", kan?

Aku sangat bangga saat kotaku, Bogor, dinobatkan sebagai kota paling dicintai di dunia dua tahun yang lalu. Tapi tak sedikit orang yang berkomentar "ah, apanya yang paling dicintai? Macet. Kota sejuta angkot." Ya, ya, setidaknya kamu peduli dengan kotamu dan ingin ia lebih baik lagi. Aku anggap itu juga sebagai tanda cinta. Tapi disertai dengan sikap positif akan lebih baik, bukan? Karena tidak semua orang sama denganku. Tidak semua orang mau repot-repot mencari sisi positif dari komentar yang terlihat negatif. Lalu akhirnya memancing adu pendapat dan situasi memanas.

Aku sangat senang dan tertarik melihat pencapaian positif orang-orang di sekitarku. Pencapaian apa saja. Memiliki channel Youtube sendiri dengan subscriber yang mulai banyak salah satunya. Tapi ada saja orang yang bilang "ah, gitu doang. Aku juga bisa." Hey, kalau kau bisa, kenapa tidak kau lakukan? Ya, itulah yang membedakan kamu dengan dia.

Untuk semua sikap apatis dan pola pikir negatif, aku tidak tahu salah siapa. Atau salah apa? Salah dimana? Aku juga belum tahu cara menghilangkannya. Atau paling tidak, cara meminimalisirnya. Aku belum tahu. Tapi satu sikap yang sedari dulu sudah aku terapkan untuk menanggapinya. 

"Bodo amat. Pokonya aku bangga."

Lalu bagaimana dengan tak sedikit orang yang sama bangganya dengan aku? Tenang saja, kamu adalah orang yang aku hargai. Kamu sudah dengan mudah mendapat tempat di hatiku. Aku akan berbicara denganmu dengan mata berbinar. Meski mungkin aku tak akan begitu banyak bicara. Namun aku akan mendengarkanmu dengan sama bersemangatnya. Tanda bahwa aku menyukaimu.


-BAS-

Comments

Popular posts from this blog

Bulan di Balik Awan

Suara Langit, Mengudara di Cakrawala Indonesia